Satu persatu daun luruh
Melayang di tiup sang bayu
Menatap riang tanah gersang
Di sambut nyanyian kesuburan
Detik sebelum menjelma menjadi waktu, selongsong peluru mendekam dalam dekapan mesiu, senapan terkokang hujankan kematian, robohkan pengharapan, jatuhkan dahan bernyawa sembarangan. Setelahnya mati merangsang pemakaman, menjadi pahlawan atau pecundang.
Hidup hanya sekali, mengunyah pagi hingga malam menjadi, memapah gengsi membebani pergi. Tak berhenti, hingga jejak tapak kaki menyurati, melaju dalam hayali, atau berhenti dalam mati.
Ironi penjelmaan ragawi, terpulang ketika jasad telah menepi. Inikah hidup yang di impi, hanya menanti kemudian pergi. Dan tak kembali
Bagan batu, mei 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H