Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Puisi | Inikah Hidup

7 Mei 2020   13:30 Diperbarui: 7 Mei 2020   13:25 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu persatu daun luruh

Melayang di tiup sang bayu

Menatap riang tanah gersang

Di sambut nyanyian kesuburan

Detik sebelum menjelma menjadi waktu, selongsong peluru mendekam dalam dekapan mesiu, senapan terkokang hujankan kematian, robohkan pengharapan, jatuhkan dahan bernyawa sembarangan. Setelahnya mati merangsang pemakaman, menjadi pahlawan atau pecundang.

Hidup hanya sekali, mengunyah pagi hingga malam menjadi, memapah gengsi membebani pergi. Tak berhenti, hingga jejak tapak kaki menyurati, melaju dalam hayali, atau berhenti dalam mati.

Ironi penjelmaan ragawi, terpulang ketika jasad telah menepi. Inikah hidup yang di impi, hanya menanti kemudian pergi. Dan tak kembali

Bagan batu, mei 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun