Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Hanya Diam

1 Mei 2020   12:04 Diperbarui: 1 Mei 2020   13:04 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Engkau terdiam. Aku menyapamu dengan sopan, sepenuh hati dan perasaan. Sambil menggendong beban, mataku melirik dirimu di keramaian. Hanya seyuman menghias pemandangan, mata acuh tentang lalulalang, hanya itu yang ku temukan.

Dalam panas dan hujan sendirian, menyampaikan pesan rasanya jadi tujuan, pasti sepadan dengan bayaran. Miliaran, ketenaran, nama besar. Jutaan penggemar histeris kegirangan.

Sejak aku lajang, beranak enam, hingga cucuku berdatangan. Mulai pagi menggotong tas butut berisi bekal, hingga awal bulan saat gajian, engkau hanya diam.

Apakah engkau diam-diam memperhatikanku?

Apakah engkau diam-diam tersenyum kepadaku?

Dalam diam aku tersenyum sendirian, dalam diam aku menghayalkanmu, aku jadi sering terdiam sejak mengenalmu.

Diam-diam aku curiga engkau mencintaiku. Jangan-jangan diam itu caramu menyempaikan pesan kepadaku.

Bagan batu, awal Mei 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun