"Bu, pulsaku habis."
"Ambil di laci."
"Pak, beli kwaci."
"gaji bapak di potong lagi."
Gonjang-ganjing nalar si manja, jumpalitan menyentuh awan suara raungan. Tak mengerti wabah tengah memburu, tak peduli bila esok kiamat dunia.
"Bu, bosan di rumah."
"Pergilah mengaji."
"Sejak kapan?"
"Sejak virus menjangkiti."
Sepi merenung menangisi situasi. Berdiam diri menatap cermin setiap hari. Jerawat mulai bermunculan, uban di kepala mulai kelihatan, keriput kulit wajah sebagai hiasan.
"Baru satu bulan."
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!