Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | [Corona] Menghamba di Tengah Lautan Cahaya Kemilau

18 April 2020   06:45 Diperbarui: 18 April 2020   06:45 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bertekuk lutut tertunduk pandangan, jutaan kerlip cahaya hadir di perasaan.kilauan melebihi segala sumber penghidupan, berpendar memantul ciptakan miliaran bayangan. Condong ke tenggara, rebah memanjang ke utara, berkumpul dalam satu titik kedalaman kornea.

Menyilaukan ketika jiwa menampung serpihan, memori seribu gyga tak mampu menampung debu dentumanya. Meledak dan mendobrak selongsong hati terbuat dari mutiara, mengalir dan menderas di setiap pembulu darah terbuat dari tembaga. Bahkan getaranya merambat menerobos dimensi waktu jiwa dan raga.

"Inikah sumber cahaya itu?" pekik makhluk-makhluk kecil bersayap kertas manila. Matanya terbuka lebar melebihi kepala dan otak kecilnya, jantungnya memompa dalam derajat siklus tak terbaca,bahkan isi otaknya mulai mendidih dan tumpah berbentuk kristal merah delima. Makhluk kecil di jagat semesta, setitik noktah dalam cangkang maha luas cakrawala

Setiap yang beredar terhenti dalam diam. Kepasrahan tertegun meluruhkan kesombongan, meluber tangis air mata bercorak keemasan mengandung missik mawar merah. Suara tak di butuhkan lagi mencerna cahaya, kata-kata telah musnah membeku dalam kedalaman rasa.

Semua celah terisi lusinan tawa, hiruk-pikuk tanpa meninggalkan frasa, hati dan naluri tiba-tiba jatuh ketanah, sekejap kemudian tergantikan gulungan cahaya. Entah bagaimana proses ini bermula, entah kekuatan apa yang mampu menghadirkan lautan cahaya.

Damai....tentram.....sejuk....entah rasa apalagi yang terasa sulit di ungkapkan."Cahaya ini membungkus dunia, cahaya ini melambari semesta!"

Bagan batu, april 2020.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun