Pagi permulaan perjalanan, hening sepi tertinggal di ranting dahan, dua tetes embun memeluk hijau daun enggan melihat perpisahan. Matahari telah siuman dari mimpi malam, menyibakan tabir cakrawala bentangan semesta
Luka itu bagai badai corona, kutub terdalam lingkaran panas hendak menghanguskan. Sesuai sabda alam, matahari adalah pelayan cinta kesejatian. Tanpanya, musnah segala yang ada. Hanya menanti titah sang maha penguasa. Hancurlah dunia dan fatamorgana.
Tangisan embun beban terberat matahari, ratapan gersang mengiris perasaan cipratan energi tak bertepi. Sendiri menyaksikan, sendiri dalam perjalanan. Duka ywng sulit di mengerti.
Bagan batu, April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H