Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Corona, Pinta di Bawah Sajadah

25 Maret 2020   06:32 Diperbarui: 25 Maret 2020   06:42 876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tuhan datang kepadaku tadi malam. Bertanya apa mauku, tapi aku tak mampu berkata-kata. Padahal banyak pinta yang kusimpan di bawah sajadah.

Aku hanya mampu menitikan air mata. Badan gigil jiwa retak seketika. Tuhan kembali bertanya apa hajatku, aku masih tetap beku menatap keagungan-NYA.

Yakinku Tuhan akan datang lagi nanti malam, kususun ulang seribu permintaan di atas pangkuan. Suara kubersihkan dari nista dan kemaksiatan.

Gelisahku tidak tertahan, cemasku melampaui kemampuan. Teringat penderitaan hendak kusampaikan, agar bahagia bisa kumohonkan.

Tapi diri terlanjur dipenuhi kotoran dengki, suara hati belum bersih dari nafsu hewani. Terlalu rendah aku berbicara kepada sang pencipta.

"Ya Tuhan, kapankah penderitaan ini berakhir. Aku takut gelap akan semakin menutup penglihatan, aku takut cemas mulai menggerogoti seluruh hidupku".

Bagan batu,25 maret 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun