Wanita itu memanggilku "sayang." Sebuah kata bermakna seluas cakrawala. sebuah kata yang mampu mewakili perasaan semesta. Wanita itu hanya berbicara dalam satu bahasa, cinta. selebihnya hanya setia, sesudahnya memasrahkan sebentuk hati untuk di pelihara. bukan untuk saat ini, tapi selamanya.
Wanita itu tersenyum manis kepadaku. cahaya gemerlap terpancar dari kehalusan budi pekerti, menimbulkan keteguhan yang membentengi hati nurani. Wanita itu hanya tersenyum untuku. tidak ada lelaki lain pernah menikmati manis senyumnya, tidak ada jiwa di kolong langit seberuntung diriku
Wanita itu hanya mengenal satu nama di benaknya, dan itu adalah namaku. setiap huruf yang di eja, setiap lafaz doa yang membasahi bibirnya, ada namaku yang di utamakan bersamanya.Â
Itulah wanitaku. Sebentuk emas mutiara penerang gelapku dalam kehidupan, penopang dan pembilas lara di saat jiwaku limbung di hantam prahara. dua puluh empat jam ia mengisi ruang-ruang jiwa, tuju hari dalam sepekan ia mengorbankan segalanya demi mahligai yang indah. berkah yang tak terkira, anugerah terindah yang pernah di impikan manusia. dan aku beruntung telah memilikinya
NB: DI NUKIL DARI KUMPULAN PUISI "SATU WANITAKU"