"Malu itu adalah bagian dari iman", Begitu ajaran dan pedoman yang senantiasa menjadi pegangan dalam mengarungi kehidupan.
Malu menjadi pakaian kebesaran, malu di dudukan sebagai mahkota keagungan. Malu adalah hal utama sebagai perwujudan adanya secuil iman di dalam hati.
Sebagai seorang pemimpin sebagai seorang manusia yang di kehendaki sang pemilik kehidupan untuk menjadi suri tauladan, pemimpin sejatinya tengah mempertaruhkan segala jiwa dan raganya, hidup dan matinya, demi memenuhi sebuah cita-cita rakyatnya.
Maka setiap ucapan. tindakan, dan semua keputusan seorang pemimpin adalah cermin dari keinginan dan tekat seorang pemimpin untuk mendahulukan kepentingan rakyat daripada kepentingan sendiri dan golongan.
Bila seorang pemimpin tidak lagi punya rasa malu dalam berucap dan bertindak, maka akan lahirlah kebijakan-kebijakan yang cenderung menimbulkan kegaduhan dan keruwetan beruntun bagi rakyatnya.Â
Jangankan menikmati ketentraman dan keteraturan dari setiap keputusan dari sang pemimpin, rakyat justru di kondisikan sebagai kelinci percobaan yang hanya bisa pasrah di perlakukan sesuka hati.
Pemimpin akan cenderung menciptakan alibi sebagai pembenar dari setiap tindakanya, kritik dan saran ditanggapi sebagai usaha sebahagian golongan yang tidak setia dan tidak mau mendukung semua kebijakanya.Â
Pemimpin seperti ini hanya mau mendengar pujian dan keberhasilan dari setiap langkah keputusan yang ia terapkan. perkara rakyat menikmati manfaat atau tidak, itu semakin jauh dari pertimbangan.
Malu dan iman selalu beriringan mengontrol setiap perilaku manusia. entah itu rakyat jelatah, politisi kelas tinggi, apalagi pemimpin yang di serahi amanah mensejahterakan seluruh manusia yang dipimpinya.Â
Rasa malu seharusnya bisa menjadi filter bagi seorang pemimpin dalam berucap dan bertindak, sehingga setiap kebijakan yang di hasilkan adalah sesuatu yang benar-benar membawa kebaikan kepada semua orang.
Kita tidak sedang kekurangan stok orang pandai dan terpelajar, tapi rasa-rasanya kita kekurangan manusia-manusia yang masih menyimpan dan memiliki rasa malu di hatinya.Â
Buat apa memiliki keahlian dan pengetahuan yang mumpuni, bila sikap dan perbuatanya jauh dari mencerminkan seseorang yang masih memiliki secuil iman, setidaknya di tunjukan dengan rasa malu bila tidak mampu memberi yang terbaik bagi rakyat.
Maka bersyukurlah bagi siapa saja pemimpin yang masih punya rasa malu dalam dirinya, setidaknya ia telah punya satu modal utama sebagai pemimpin yang bisa berlaku adil dan amanah bagi siapa saja yang di pimpinya. rasa malu ternyata lebih berharga dari semua hal penting yang pernah di miliki seorang manusia.
Adakah kita masih memilikinya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H