Hampir tengah malam. Saat seekor rama-rama tak tahu jalan pulang, terhanyut ia dengan tarian senja. Berlama-lama mematung di bawah cahaya berkilau keemasan, terbuai nyanyian kelopak mawar di ujung cakrawala. Sampai lupa waktu, gejolak hati seperti membelenggu
Malam hendak bersalin rupa berwujud mimpi. Mempengaruhi gelitik hati tempat bersembunyi, bergentayangan di angan jiwa yang kelelahan. Hadirkan kepalsuan dan kesemuan
Muaranya adalah kerinduan. Berpasangan dengan gelap tempar menyamarkan, membungkam setiap kehadiran. Malam hampir pasti telah merencanakan, sejak senja ia membelenggu setiap jiwa di bawah penantian
Hampir tengah malam. Puisi ini menyerupai rengek purnama yang kehabisan panggung, meraba dalam gelap suasana, memandang semua indah walau tak kasat mata
Seandainya. Tengah malam adalah irama alam. Kan ku pesan terangnya kunang-kunang sebagai bekal. Berlebihan? Suaramu bahkan telah berubah makna di belokan prasangka. Biarkan malam mendamaikan denfan cara demikian. Â Selamanya
Bagan batu. Di hari sabtu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H