Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Aku Menyaksikan

30 Januari 2020   06:58 Diperbarui: 30 Januari 2020   07:02 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku menyaksikan

Tangan-tangan tak berbentuk nyata bergentayangan, menyeret semua kebenaran hingga butiran debu yang tersisa. Mengoyak dan mencabik anak kejujuran yang hendak tumbuh menjadi dewasa. di depan mata, berganti peran antara yang memenggal dan menguburkan, antara yang menyiksa dan mencampakan. Siang hingga malam menjelang, gelap sampai terang datang menghadang

Aku menyaksikan

Kata-kata bergerombol membentuk kalimat, menggiring keingin-tahuan menjadi jalan kesesatan. berulang terus berulang, layar kaca berisi hasutan, lingkaran maya penuh sesak kebohongan. Setiap mata terbuka hilir-mudik aneka dusta berpesta pora, di gedung tinggi, rumah besar, istana penguasa, hingga gubug mini yang berisi perut kosong termakan janji

Aku menyaksikan

Tanganku bergetar tidak tahu harus berbuat apa, kepada siapa rasa gunda-gulana hendak ku bagikan. kepadamu, kepada mereka, kepada semua orang yang telah berubah menjadi makhluk bernyawa tapi tak berjiwa? kepada siapa tetes air mata hendak di sambungkan dengan gerak nyata, ketika setiap yang bernyawa hanya sibuk dengan aneka jubah. berpura-pura mempunyai hati, berlagak seorang pemberani, bergaya bak manusia suci

Aku menyaksikan

Topeng-topeng mulai di agungkan, atribut-atribut pahlawan kemunafikan mulai di tuhankan. berjalan congkak di atas mayat kebenaran yang bergelimpangan, bersuara lantang di balik tabir pengecut berhias keberanian. aku menyaksikan, aku menyaksikan, aku menyaksikan dengan isi otaku yang hampir meledak. sepertimu, sepertiku, seperti mereka, seperti kita, seperti yang tersurat dan yang tersirat, kita ada di sana

Aku menyaksikan

Perlahan dunia mulai oleng hendak tenggelam dalam kepalsuan. Dan ternyata kita semua telah menyaksikan

Bagan batu, sambil lalu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun