Yang menjadikan batu hancur dengan tangan berpijar, memenggal puncak gunung dengan lidah bercabang. Sudahkah engkau mencuci muka membasuh kepala di senja ini? Sudahkah serpihan kerikil yang tertanam di kepala engkau ratakan? Sudahkah! Untuk yang kesekian kali
Kepadamu,
Yang menjadikan lautan mendidih untuk mandi, menumpahkan air mata nelayan seharga secangkir kopi. Sudahkah engkau berkumur-kumur asinya laut? Sudahkah engkau berkawan dengan ombak yang bergulung? Sudahkah! Untuk yang kesekian kali
Kepadamu,Â
Yang menjadikan petak sawah lahan pencitraan, mengkotak-kotakan para buruh tani semakin kelelahan. Sudahkah engkau meminum air berlumpur penuh pestisida? Sudahkah engkau berguling-guling di tengah sawah bersama panas dan hujan? Sudahkah! Untuk yang kesekian kali
Kepadamu,Â
Yang menjadikan buruh sebagai sapi perah, merangkul ketika pemilu, kemudian menghantam setelah berkuasa. Sudahkah engkau menghirup udara dari cerobong asap? Berhimpit dan berdesakan di jalan mempertaruhkan nyawa demi akhir bulan? Sudahkah! Untuk yang kesekian kali
Kepadamu,
Yang setiap ucapan mengatas namakan kaum marjinal, menjadikan beras mahal, pendidikan mahal, kehidupan semakin terjungkal. Sudahkah engkau bermalam di kolong jembatan? Beralaskan jas hitam berbantal proposal? Sudahkah! Untuk yang terakhir kali
Kepadamu,Â