Matahari belum lagi menyapa bumi, angin dingin bersiap-siap merontokan tubuh yang rapuh, bayangan belum lagi tercipta karena ketiadaan cahaya, emak telah membentang asa demi anak-anaknya, membakar kegelapan dengan semangat, menerangi keadaan dengan segunung tekat
Sejak di dalam kandungan aku telah menyaksikan, emak mencacah siang bermandikan panas yang memanggang, menggulung malam berjaga lelah dari menidurkan. Emak melintas bara demi harapan, menerjang topan asal anaknya memiliki masa depan
"Mak, aku ingin lekas tumbuh besar, menggantikan emak membakar siang, menyusuri terjal kehidupan tak berkesudahan." Senyum emak paling meneduhkan, mata yang mengandung kedamaian tetap terjaga sepanjang kenangan
Tangan emak tak pernah gemetar menampar kesukaran, wajah lembut tersimpan di bawah legam jilatan mentari. "Mak, beri aku kesempatan membahagiakan harimu, mengajakmu berteduh di kerindangan pepohonan kala siang datang memanggang,"
Bagan batu 20 oktober 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H