Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Emak Seorang Pahlawan

20 Oktober 2019   08:04 Diperbarui: 20 Oktober 2019   08:38 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Matahari belum lagi menyapa bumi, angin dingin bersiap-siap merontokan tubuh yang rapuh, bayangan belum lagi tercipta karena ketiadaan cahaya, emak telah membentang asa demi anak-anaknya, membakar kegelapan dengan semangat, menerangi keadaan dengan segunung tekat

Sejak di dalam kandungan aku telah menyaksikan, emak mencacah siang bermandikan panas yang memanggang, menggulung malam berjaga lelah dari menidurkan. Emak melintas bara demi harapan, menerjang topan asal anaknya memiliki masa depan

"Mak, aku ingin lekas tumbuh besar, menggantikan emak membakar siang, menyusuri terjal kehidupan tak berkesudahan." Senyum emak paling meneduhkan, mata yang mengandung kedamaian tetap terjaga sepanjang kenangan

Tangan emak tak pernah gemetar menampar kesukaran, wajah lembut tersimpan di bawah legam jilatan mentari. "Mak, beri aku kesempatan membahagiakan harimu, mengajakmu berteduh di kerindangan pepohonan kala siang datang memanggang,"

Bagan batu 20 oktober 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun