Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Senja dan Lelaki yang Melaluinya

14 Oktober 2019   18:41 Diperbarui: 14 Oktober 2019   18:44 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senja tatkala kemuningnya menerpa jiwa, seorang lelaki berwajah sumringah berjalan tergesa. Ada bayangan celoteh di rumah kecil menantinya, atau malah penantian sesuap nasi menambah riuh suasana. Lelaki itu melangkah bagai tak menginjak tanah, bahkan bayanganya mendahului hasratnya segera berlabuh menuang asa.

Senja tersenyum mengantarkan girang hati lelaki itu, uang 50000 seolah ajimat pembawa berkah  tak terhingga. Mulut-mulut kecil tubuh yang menggigil, sorot mata sayu hampir layu seharian tak menelan sesuatu, seakan barisan kesengsaraan berkalung kepedihan

Gubug reot berisi jiwa yang masih polos, menatap bayangan sang lelaki bagai menang lotere,"itu ayah, itu ayah kita," suara bersahutan lemah hampir tak terdengar. Tapi bagi lelaki itu, suara itu bagai gemuruh yang hampir-hampir  menjebol perasaan, mengaduk-aduk jiwa yang seharian menyabung nyawa

Senja segera berlalu, di pandangi gubug reot berisi tubuh-tubuh baru terisi nutrisi, wajah-wajah layu yang sedikit bersinar setelah seharian menanggung lapar, 50000 di bagi delapan suapan, setidaknya mampu sedikit menidurkan harapan bersama malam

Senja dan lelaki itu saling berpamitan, ingin rasanya cukup sekali ini menyaksikan, tubuh-tubuh kurus bergelimpangan memimpikan hidangan. Lelaki itu menyembunyikan sebutir nasi sebagai bekal, esok pagi kan mengarungi nasip di belantara kehidupan

Bagan batu 14 oktober 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun