Aku hampir patah arang merampungkan puisi ini, ku jelajahi di seluruh hati yang ku miliki, tak satupun kata-kata indah lagi tersisa. Tak mungkin aku mencuri dari lain hati, harga diri masih mampu mengunci naluri
Aku ingat ketika bait awal terciptakan, ada bayanganmu memenuhi ujung penaku. Gairah rasa rindu mengalir membasahi kalbu, melahirkan aneka hayalan yang tak bertepi dan berkesudahan
Kini di saat kesendirian bermain di antara angan, menghadirkan satu bait tentang keindahan adalah kemustahilan. Kosong jiwa dari perbendaharaan kata, lunglai raga tak mampu goreskan rima
Maaf jika barisan kata tak lagi menuntun rasa, hambar terasa mencicipi sajian tak bermakna. kata maaf ribuan kali terucap, bagaikan gerimis di kemarau yang yang menangis
Bagan batu 3 september 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H