Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Terhempas Pedih di Akhir Bahagia

3 September 2019   16:59 Diperbarui: 3 September 2019   17:16 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku hampir patah arang merampungkan puisi ini, ku jelajahi di seluruh hati yang ku miliki, tak satupun kata-kata indah lagi tersisa. Tak mungkin aku mencuri dari lain hati, harga diri masih mampu mengunci naluri

Aku ingat ketika bait awal terciptakan, ada bayanganmu memenuhi ujung penaku. Gairah rasa rindu mengalir membasahi kalbu, melahirkan aneka hayalan yang tak bertepi dan berkesudahan

Kini di saat kesendirian bermain di antara angan, menghadirkan satu bait tentang keindahan adalah kemustahilan. Kosong jiwa dari perbendaharaan kata, lunglai raga tak mampu goreskan rima

Maaf jika barisan kata tak lagi menuntun rasa, hambar terasa mencicipi sajian tak bermakna. kata maaf ribuan kali terucap, bagaikan gerimis di kemarau yang yang menangis

Bagan batu 3 september 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun