Menulis itu bukan sekedar merangkai hurup hingga bisa memunculkan makna.tapi menulis itu adalah tempat menumpahkan segala kemampuan jasmani dan ruhani untuk mengolah akal budi menjadi sesuatu yang bisa berarti,baik bagi diri sendiri maupun orang lain
Setidaknya itu yang saya pahami dan pedomani selama ikut meramaikan dunia kepenulisan yang pasti telah memunculkan penulis-penulis hebat di setiap masa dan generasi.
Menulis sebagai bagian dari campur tangan jiwa dan perasaan,emosi dan nalar,pengetahuan dan kearifan,membuat siapapun yang terjun ke bidang ini pasti akan merasakan aneka sensasi yang bersentuhan langsung dengan kejiwaan.
Tulisan di anggap bagus oleh orang lain, kita terpacu semangatnya untuk menciptakan tulisan lagi.tulisan kita di hina,di remehkan oleh orang lain,kadang kita langsung putus asa dan mandeg. semua ide dan inspirasi yang sebelumnya seperti berjejalan penuh di kepala,bisa hilang seketika.
Akhirnya kita seperti tergantung dengan penilaian orang lain,akhirnya memunculkan lingkaran setan kepenenulisan.banyak pembaca rajin menulis,sepi pembaca anjlok semangatnya untuk menulis.menulis akhirnya menjadi ritual untuk lebih mendapatkan pengakuan dari orang lain,daripada menggali potensi yang bisa di munculkan dari kualitas diri sendiri
Menulis tapi sepi pembaca
Banyak dari kita yang merasa bangga bila hasil karya yang kita hasilkan dbaca oleh banyak orang,dan ini adalah hal yang wajar.tapi banyak pula di antara kita yang patah arang ketika melihat artikel yang di tulis dengan susah payah hanya di intip oleh belasan pembaca.
Apakah kita harus berhenti menulis karena karya tulisan kita sepi dari pembaca? Tentu saja tidak.ada tidak ada pembaca,semangat menulis harus tetap di kobarkan.bahkan seandainya tulisan kita tak satupun yang menarik minat orang untuk membacanya,semangat untuk menghasilkan karya harus tetap menyala.
Kuncinya hanya satu,ikhlas harus hadir ketika kita mulai menulis,ikhlas harus mengiringi selama kita dalam proses menulis,dan iklas harus tetap nyata ketika hasil kerja keras kita di unggah atau di sebarkan untuk khalayak luas.
Dengan ikhlas kita tidak akan pernah terbebani dengan bayangan-bayangan kesuksesan dan kegagalan.dengan rasa ikhlas ketika dalam proses menghasilkan karya dan setelah karya itu di nikmati untuk orang banyak,kita akan berlapang dada menerima apapun hasilnya.
Ikhlas berkarya menghasilkan manfaat
Setidaknya seperti itulah yang pernah saya alami.rasa ikhlas membuat saya tidak pernah mempersoalkan berapa banyak yang membaca tulisan saya.dengan ikhlas saya lebih berbahagia dengan semua pencapaian yang telah ada.dan dengan ikhlas dalam berkarya membuat limpahan ide selalu mengalir dari hati menyentuh jiwa,kemudian meluncur kebarisan kata dan kalimat.
Manfaat dari segi materi? Kebahagiaan dan kepuaaan batin itu tidak bisa di ukur dari berapa banyak nominal dan pujian yang kita dapat.tapi bila ingin benar-benar di ukur dari materi,saya punya contoh nyata yang saya alami sendiri.
Bulan kemarin saya tidak termasuk yang mendapat K-reward di kompasiana.padahal dari awal-awal saya bergabung di kompasiana,saya langganan mendapatkanya.apakah saya kecewa? Tentu tidak.saya ikhlas karena memang di bulan-bulan tersebut kegiatan menulis sedikit terganggu karena kesibukan lain.
Tapi ternyata tuhan maha pemurah, saya mendapatkan hadiah sebuah laptop dari tempat lain.dan saya memahami dan memaknai hal ini sebagai buah dari keikhlasan saya.maka saya berprinsip, keihklasan adalah keutamaan,dan tidak ada yang sia-sia di pandangan tuhan.
Semoga artikel ini ada manfaatnya bagi siapa saja,khususnya yang sedang gunda karena hasil karyanya lagi sepi pembaca.tetap semangat dan ikhlas berkarya
Salam berbagi manfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H