Bulan merangkak naik, meninggalkan malam yang terdiam dalam kesendirian.termenung seperti menyaksikan perbuatan-perbuatan manusia yang tak utuh dalam kehidupan.mungkin itu hanya tebakanku, tapi malam ini seakan tak mampu menyembunyikan kegusaran yang menderu
Aku masih sibuk dengan ketujuh anaku,tiap malam datang,aku berubah menjadi guru pribadi bagi makhluk-makhluk mungil yang mulai beranjak dewasa.mulai dari yang SD kelas lima,sampai yang sudah SMA.semua pelajaran harus ku kuasai,demi menjadi bapak yang superhero di rumah.tapi tak mengapa,itulah cinta
Angin malam berputar-putar di pelataran rumah, satu dua hembusanya menyapu muka anak-anaku.mata sudah sayu,pertanda pelajaran di sudahi saja
"sudah,besok lagi di lanjutkan belajarnya,"suara istriku memberi perintah yang tidak boleh di bantah
"PR ku belum rampung,bu"
"sudah nanti biar bapakmu yang mengerjakanya,cepat tidur besok terlambat bangun," sentak istriku
ya begitulah nasip superhero di rumah,PR anakpun harus aku yang menyelesaikanya.
Malam semakin jauh meninabobokan alam,dengan nyanyian di balut kegelapan yang merebahkan,mata terkantuk-kantuk menahan tawaran malam untuk ke pembaringan.PR anaku harus rampung,matematika persamaan kuadrat.
Tok..tok..tok..tok....
Pintu di ketuk dari luar berulang kali.irama ketukanya yang cepat dan berulang menandakan ada sesuatu yang genting di luar sana
"Asalamualaikum,Kang buka pintunya "
"Waalaikumsalam," sambil bergerak membuka pintu,ku jawab salam dari tamu di hampir tengah malam ini
Ternyata tetanggaku yang seorang ustadz datang dengan wajah tegang bercampur panik.wajah yang biasanya tetap tenang dalam setiap situasi,kini teronggok kaku di depan pintu
"Gawat kang,ada bayi baru di lahirkan di buang oleh orang tak di kenal.di letakan di semak-semak di belakang rumah"
Bukan karena tetanggaku ini berbicara tanpa titik dan koma,bukan pula karena kedatanganya yang di tengah malam yang membuatku seperti tersengat arus listrik ribuan KW.
"bayi?"
"Benar kang,ayuk kita lihat kebelakang rumah!"
Istriku yang mendengar ada bayi di buang langsung pasang aksi.bahkan berlari mendahului aku yang lagi sibuk mencari-cari lampu senter
Dalam gelapnya malam,di iringi rintihan angin yang bercuitan sedih di pelepah daun pisang,di dalam sebuah kardus bekas tempat jajanan yang kumal,terdengar tangis lirih bayi yang malang sedang kedinginan
Bayi merah yang masih suci tanpa dosa,harus menanggung aib dan derita di awal kehadiranya di dunia.mungkin semut-semut merah yang mulai mengerubungi tubuh mungil yang tali ari-arinyapun masih menempel di badan tak tega sekedar menjamah tubuh rapuh tanpa daya
Tubuh kecil itu secara reflek menggeliat tersentuh tangan seorang ibu,seakan kerinduanya selama sembilan bulan di dalam rahim,terhapus sudah untuk merasakan sentuhan seorang ibu yang pasti juga sangat menyayanginya dan merindukanya hadir ke dunia
"Kang,jangan bengong kang,cepat panggil bidan atau apa untuk memeriksa kondisinya,"
Suara istriku yang bergetar karena menahan tangis dan keharuan melihat bayi itu masih bernapas,bagai perintah sang dewi kayangan yang harus segera ku laksanakan
Tergopoh-gopoh aku berlari kerumah bidan Nika yang jaraknya hanya beberapa rumah dari rumahku
Sudah banyak orang berkerumun di sekitar rumahku,suara bernada kasihan bercampur aduk dengan ucapan hujatan untuk siapa saja manusia terkutuk yang tega membuang bayi yang tak berdosa ,seakan ini bukan lagi perilaku manusia.tapi syetanpun rasanya belum pernah terdengar membuang anak bayinya.
Istriku sudah berbulat tekat untuk mengapdosinya sebagai anak.biarpun anak kami sudah tujuh,tapi memelihara satu dua anak lagipun kami tak keberatan
"Tidak ada anak haram,tidak ada anak yang lahir membawa dosa.perilaku orang tuanyalah yang tak bermoral bahkan biadab yang tega mengorbankan nyawa suci seorang bayi sebagai tumbal kebejatanya"
Selesai
#berdasarkan pengalaman pribadi menolong bayi di dalam kardus yang di buang oleh orang tuanya.anak tersebut akhirnya di adopsi oleh seseorang yang kebetulan tidak mempunyai anak setelah puluhan tahun berumah tangga.
Dan kini anak tersebut duduk di kelas 1 SD.tampan,pintar,baik budi dan menyenangkan hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H