Hiruk-pikuk dunia telah menutup mata hati, menjadikan indah pada pandangan apa-apa segala yang fana. Sekedar mengusap lembut rasa kemanusiaanpun aku tlah lupa, debu dunia telah nyata menipu hakikat sejatinya
Setiap tarikan napas terasa berat oleh maksiat, kata yang terucap penuh dengki dan hawa hianat. Berbicara tapi jauh dari bermakna, berbuat tapi tiada sedikitpun manfaat bagi sesama
Hujan mungkin akan lama turun membasahi bumi, pertanda alam pun bersedih memandang kebiadaban yang terjadi. Pohon jati meranggas meminta belas kasih, batu-batu cadas merintih menahan pedih. Tapi aku yang di karuniai akal budi hanya sibuk mengumpulkan iri dengki
Hati yang mulai berdebu di permainkan waktu, berharap hidup lebih lama sekehendak hasratnya. Bila saatnya tiba, bila kepastian menjemputnya, barulah diri tersadar akan bekal nyata perjalanan. Mungkin hanya sesal yang menjadi teman di dalam kesia-siaan
Bagan batu 9 agustus 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H