Senja tengah berhitung dengan siang, berapa banyak energi yang sia-sia terbuang, hanya mengisi ceruk-ceruk kemaksiatan, sekedar menegakan kesombongan di waktu terang. Senja ingin menitikan air mata, senja yang tak tega memandang rapuhnya dunia
Semburat merah menyapu cakrawala, bagai wajah duka yang hendak di sembunyikan dari pandangan dunia. Senja luluh hatinya, senja hanya menangis di dalam mega,"biarlah tiada manusia yang tahu, betapa waktu sangat cepat berlalu"
Malam menyambut dengan hati bimbang, timbangan amal yang porak-poranda di terjang terang. Senja dan malam menyimpan aneka duka, tak ingin rembulan tahu bobroknya akhlak manusia
Senja di batas kesadaran ada dan tiada, menjadi pertanda bagi mereka yang peka mata hatinya. Senja acap kali mengingatkan, betapa kedatanganya berulang kali, hanya ingin menyapa kebaikan di bumi. Hari ini senja datang dengan tangisan, esok lusa terulang untuk yang kesekian kali
Bagan batu 21 juli 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H