Pukul 16.25 wib.
Aku menunggumu di pelataran gedung jalan jenderal Soedirman, memandang barisan jendela kaca yang seakan memandang angkuh kehadiranku. Mungkin engkau pun sedang resah menanti pertemuan ini, "menunggumu adalah menumpuk bara yang membakar samudera hati", itu katamu waktu dulu, ketika kita pertama kali bersama
Pukul 19.42 wib.
Matahari tlah lama berpamit pulang, lampu-lampu jalan berlomba-lomba memamerkan kecantikan, aku masih terpaku hampir membatu di bawah siraman debu jalanan. gedung tinggi mulai curiga, pinggir-pinggir trotoar mulai riuh bertanya-tanya, "lelaki setia dengan seonggok hatinya, menanti kelabat bayangan kekasihnya lewat titian setia". Aku hanya tersenyum mendengarnya
Pukul 21.21 wib
Telpon berbunyi nyaring tanpa indahkan nada dering, melonjak girang pos satpam terantuk dari lamunan. "Kang, aku telah sampai di peraduan rindu. Maaf, tak sempat ucapkan selamat malam." Seketika pudar cahaya lampu jalan, tapi tidak dengan hatiku yang tak pernah di hinggapi rasa jemu
Pukul 00.26 wib
Aku menunggumu di tepi kerumunan mimpi, berharap lambaian  tanganmu memanggil mengetuk hati. Dewi malam tak sabar gelisah menanti, tapi tidak dengan hatiku. Aku kan tetap menunggumu, mungkin sampai waktu dan harapan bosan menemaniku
Bagan batu 10 juli 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H