Ketika namamu terbang tertiup angin tenggara, tersapu derunya topan tanpa perasaan, hendak ku gapai kembali sia-sia segala impian, tertatia-tatih napas tersengal hendak mengejar. Di antara pucuk cemara dan akasia, di antara tiga balata dan danau toba, kisah yang tak pernah usang ini tercipta
Inikah awal atau akhir cerita jadi tak penting, aneka lakon drama bagai tergelar di bentangan bukit barisan, riuh rendah aneka suara-suara saling bersahutan. Aku hanya terdiam, tangan menggenggam ujung runcing kenangan, hati ter-iris tapi coba bertahan dari segala yang menyakitkan
Kini kisah itu hendak terulang kembali, bersama bulan juli di akhir bulan mati, di antara keinginan melupakan yang tak jua menemui akhir. Kembali ku jejaki segala perih yang pernah menusuk hati, memunguti serpihan luka yang belum lagi terobati
Mungkin ini untuk terakhir kali aku memulai lagi, atau ini kembali jadi awal tanpa bisa meng akhiri. Entahlah, menemukan bayangan sejatimu adalah sia-sia, menimbun luka dengan angan-angan adalah derita. Tapi aku masih setia melakukanya
Bagan batu 8 juli 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H