Auman sang penguasa rimba terdengar memelas, derit riuh dahan bergosip memekakan tanah humus. Patah hilang tumbuh begitu sandiwara berulang, sejak anoa lahir hingga mati, sejak kura-kura tentram dengan cangkangnya, begitu kisah hutan belantara ini bermula
Pagi menjelang dengan raungan srigala yang tertinggal, akar rotan berjuntai mematut diri. Kemana anak-anak lintah bersembunyi, menertawakan matahari yang tak mampu lagi memberi energi. Terlalu bagi jerapah yang terjebak di savana, tapi terasa indah bagi pucuk akasia berkata manja
Belantara senantiasa riuh dengan pembagian jatah, cacing-cacing tanah menarikan irama kesuburan, kupu-kupu riang dengan dendang percintaan. Rianglah, bergembiralah, sebelum satu persatu batang kayu hilang, sebelum tanah kerontang jadi pemandangan
Mungkin ini takdir sandiwara berakhir, mungkin ini awal lakon derita di mulakan. Belalang sejak lama musnah, kakak tua terpenjara di sangkar emasnya. Hanya tinggal sisa-sisa tulang bekas pembantaian, perlahan tetapi terus berjalan, diam-diam tapi menelan seisi hutan
Bagan batu 5 juli 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI