Seperti pasang surutnya kehidupan,kadang di atas kadang di bawah. Begitu pula ketika kita bertekat tetap setia dengan dunia literasi. Menulis tapi pembaca sepi, susah payah mencari ide,tapi respon pembaca biasa saja. Bahkan kadang tak seberapa.
Sepi pembaca adalah hal yang biasa bagi penulis pemula. Angka belasan orang yang mau membaca tulisan yang susah payah kita usahakan, belum lagi kadang komentar kawan yang bukanya memberi semangat malah kritik pedas asal bersuara, itu semua adalah lika-liku di dunia kepenulisan.
Tapi bila menulis sudah menjadi bagian dari hidup, menulis sudah jadi panggilan jiwa untuk sekedar berbagi manfaat lewat tulisan, sepinya pembaca bukan menjadi halangan untuk mengendurkan semangat. Apalagi sampai patah arang dengan meninggalkan dari menekuni dunia literasi.
Merawat gairah menulis
Waktu,kesibukan,pekerjaan,suasana hati dan perasaan,susana lingkungan,dan tak boleh di abaikan adalah respon pembaca yang kadang jauh dari harapan.
Maka tetap merawat gairah untuk menulis adalah perjuangan tersendiri, di tengah situasi suasana hati dan pikiran yang agak terguncang oleh sepinya pembaca, mencari ide di tengah kegamangan akan sambutan dan respon bila ide tersebut dituangkan dalam bentuk tulisan.
Kita bisa mulai dengan menanyakan pada diri sendiri tentang tujuan awal kita menulis, niat kita menyebar tulisan, bahkan kita bisa sambil menata hati dan pikiran agar tidak mudah putus asa dan menyerah begitu saja. Jadikan menulis sebagai bagian dari kehidupan.
Kemudian kita bisa merawat gairah menulis dengan memulainya dari hal-hal yang kita sukai, cintai dan sayangi. Yakinlah, lambat laun berapapun jumlah pembaca tidak akan berpengaruh buruk pada semangat dan gairah kita menulis.
Semoga kita tetap bersemangat berbagi manfaat lewat tulisan, dan menjadikan menulis sebagai bagian tak terpisahkan dari tarikan napas kehidupan. Ada atau tidak ada ppembaca, sedikit atau banyak responya, menulis harus tetap di jaga gairah dan semangatnya.
Salam literasi