Mengapa rasa benci tak mau pergi, padahal ramadhan sudah di ujung perjalanan. Ternyata benci bersembunyi di laci hati, menyelinap di jubah ibadah, bersembunyi diam di kepongahan nurani
Bagaimana hendak menyambut pesona syawal, bila segala kemewahan lebih di dewakan. Benci menemukan lahan menanam saham, bersama riya kini benci bergandengan tangan
Sebulan menahan lapar,tapi kebencian semakin menghujam. Siang malam menyebut nama tuhan, tapi benci seakan di manjakan. Adakah ramadhan hanya kita sambut dengan kepura-puraan, mungkinkah ibadah hanya jadi pertunjukan citra diri belaka
Kini benci dan riya berpesta pora, merayakan kemenangan menunggangi manusia. Kita mengaku sebagai pemenang, padahal diri kita hanya pecundang. Benci yang tak mau pergi, pertanda kita ummat yang merugi
Bagan batu 3 juni 1019