Lebaran tinggal menghitung hari, kesibukan baru bernama "persiapan" mudik sudah dimulai. Pesan tiket pesawat, kereta api, bus, dan kapal laut sudah dilakukan jauh jauh hari. Baju baru, oleh-oleh, dan yang paling penting uang sebagai bekal mudik harus disiapkan dengan cermat dan terperinci.
Lebaran indentik dengan mudik. Lebaran tanpa mudik adalah hambar, mudik bukan di waktu lebaran adalah tawar. Ibarat air dan ikan, begitulah hubungan antara lebaran dan mudik.
Berapapun biayanya, bagaimanapun caranya, seperti apapun sarana transportasinya, mudik adalah ritual wajib. Maka berbondong-bondonglah semua orang untuk bisa mudik.
Maka dalam beberapa hari kedepan, suasana lalu lintas di jalan raya, pelabuhan, kereta api, bandara, akan meningkat pesat. Bahkan lonjakannya akan semakin meningkat menjelang hari lebaran tiba. Akibatnya kemacetan terjadi di mana-mana, kecelakan rawan terjadi, dan banyak lagi akibat dari mudik massal ini.
Lebaran tanpa mudik
Apa yang ada dalam bayangan kita seandainya lebaran kali ini kita semua tidak mudik ke kampung halaman,kita tetap tinggal di rumah masing masing,hanya orang orang yang punya keperluan dan urusan pentinglah yang terpaksa pulang kampung.
Ongkos pesawat,ongkos bus,kapal laut,kereta api,bahkan ojek di kampung kampung tidak akan naik ongkosnya.uang anggaran untuk biaya mudik bisa kita alihkan untuk kepentingan lain, biaya sekolah anak, investasi, tabungan, dan yang tak boleh di lupakan,sedekah kepada fakir miskin dan anak yatim nilainya di pastikan lebih besar dari biasanya.
Kita tidak akan melihat di layar tv tentang kemacetan lalu lintas,tentang kecelakaan yang sering merenggut nyawa para pemudik di jalan raya.berapa banyak keuntungan yang bisa kita petik dari tidak mudiknya kita