Melukis wajahmu di kanvas luas cakrawala adalah niatku,membahagiakan hadirmu di setiap detik hidupku adalah tekatku. Aku tahu,engkau pasti menderita seumur perkawinan kita.kebahagiaan yang kita rancang sejak semula,kini bagaikan bayangan senja yang mempermainkan mata
Maafkanlah kekuranganku, mencampakanmu di belantara penderitaan yang tiada bertepi,hancurkan setiap keping keindahan akan harapan masa depan.hanya reruntuhan bangunan hati yang hendak engkau kumpulkan kembali,berharap ada kepingan mimpi yang bisa kau raih
Di balik jeruji besi nusakambangan, di temani dingin malam yang memporak porandakan segenap kesadaran, sketsa wajah sedihmu hadir di setiap jengkal dinding sunyi, mengalirkan air mata duka menggenangi rongga hatiku yang terjerat perih, aku mulai ingin memaknai diri
Ini adalah ramadhanku yang kesepuluh di kungkung tembok bisu, Â lintasan dan kelebat bayangan sedih wajahmu, seakan sayatan pedang membelah dinding dinding batu yang membeku. Kutemukan kesadaran diri ,bersama tiupan angin malam yang bersenandung lirih, ku gapai kembali jati diri
lebaran, aku ingin pulang. Sekedar menambal dinding kesetiaan yang berlubang di dera penantian, menegakan kembali tiang tiang kasih sayang yang tumbang di hempas ego kesombongan
Aku ingin memeluk segenap jiwamu, membisikan kata kata suci tentang hadirku yang baru. Kan ku kecup setiap air mata yang pernah engkau teteskan di pelataran jiwa, ku punguti rasa sedih yang berserakan di sepanjang masa, kan ku ganti figura indahya hari nan fitri
Lebaran, aku ingin pulang. Memeluk erat rasa dengan kata permohonan, "maafkan kesalahanku padamu"
Bagan batu 23 mei 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H