Masih ingat tragedi mei 1998? lembaran sejarah kelam yang pernah menghantui bangsa ini.atas nama perubahan,atas nama memperbaiki keadaan,deretan nyawa manusia jadi korban dari keadaan yang tidak menentu.dan celakanya adalah,mereka yang meregang nyawa di jalanan,di dalam gedung dan pertokoan yang terbakar,tidak semuanya faham mengapa keadaan seperti ini musti terjadi.
Kini politik pasca pilpres 2019 seperti hendak di giring kembali kearah sejarah kelam tadi.people power sebagai mantra sakti yang di tahun 1998 begitu perkasa menyihir susana rakyat untuk bergerak turun kejalan,mendobrak sesuatu yang tidak sesuai aturan dan kebenaran,tapi akibat yang di timbulkan menyeret dan membakar tatanan sosial masyarakat.
Siapa yang di untungkan jika chaos terjadi?
Apakah aku,kamu,kita semua sebagai rakyat biasa yang di untungkan dari chaos yang terjadi?
Atau justru kita yang sebenarnya tidak tahu apa apa,tidak terlibat langsung dengan segala sengkarut sebab akibat dari segala kekacauan yang terjadi yang akan paling besar menanggung kerugian sosial dari chaos yang terjadi.
Tidak hanya harta benda dan nyawa yang harus terkorban dari setiap kekacauan yang terjadi, tapi rakyat harus menanggung akibat dari gesekan sosial yang bisa jadi merubah bahkan memporak porandakan tatanan di dalam masyarakat yang selama ini sudah tercipta dinamis dan harmonis menjadi terkotak-kotak dan terbelah.
Sungguh suatu kerugian yang maha mahal bagi rakyat dan bangsa ini bila chaos yang diembuskan oleh sekelompok oknum politisi ini terjadi.apalagi bila perebutan kekuasaan ternyata adalah latar belakang dari semua kekacauan yang terjadi. Ironi bagi bangsa dan peradaban manusia.
siapa sesungguhnya yang menangguk untung dari chaos ini?
Hanya para petualang politik,orang orang yang hanya menuhankan kekuasaanlah yang akan diuntungkan dari setiap chaos yang terjadi. Dari setiap ketidakpastian, dari setiap kekacauan, mereka akan mengambil segala peluang demi ambisi merebut kekuasaan. Baik kekuasan ekonomi, apalagi politik.
Mereka dengan sumber dana dan sumber daya yang berlimpah, jaringan politik yang sudah menggurita, mampu dalam sekejap mata menyelamatkan diri dan kepentinganya dari akibat terburuk chaos yang terjadi.
Mereka bisa segera bersalin rupa, menampilkan wajah baru bagai tanpa dosa, citra baru, seakan akan mereka ini makhluk hidup yang tidak punya masa lalu.lihat pasca reformasi 1998, mana kawan mana lawan sudah kabur dan samar. Semua tiba tiba mengaku reformis, mengaku paling demokratis.
Maka mari kita meng insyafi diri sendiri,apa yang akan kita dapatkan sebagai rakyat kecil bila chaos terjadi kembli di negeri ini, keuntungan apa yang bisa kita rasakan dari kekacauan yang di timbulkan.
Biarlah para elit bertikai tentang kecurangan kecurangan, karena mereka sesungguhnya hanya sedang memperebutkan panggung kekuasaan negeri ini. Bulan ramadhan seharusnya jadi bulan menyejukan, tapi bisa kita lihat sendiri bahwa para elit sering tidak perduli dengan waktu dan keadaan. karena bagi mereka tidak ada yang lebih penting selain merebut kekuasaan.
Salam pemilu bermartabat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H