Melihat kondisi pasca hari pencoblosan di mana kedua kandidat mengklaim sebagai pemenang, padahal KPU sebagai lembaga yang resmi di tunjuk undang undang sebagai penyelenggara pemilu masih belum rampung melakukan penghitungan surat suara.dan hasil resmi belum lagi di umumkan.
Melihat langkah kedua kubu yang seperti menabrak adab dan etika berdemokrasi dengan mengaku sebagai pemenang pilpres tanpa mau bersabar menunggu hasil resmi dari KPU, terasa nyerih dan pedih bagi masyarakat awam yang melihatnya.
Padahal di kedua kubu capres terdapat orang orang yang ahli dalam bidang hukum tatanegara,ahli hukum pidana, orang orang yang berpendidikan tinggi dan berpengetahuan luas.tapi anehnya melihat manuver kedua capres ini tampaknya mereka tidak berdaya.
Dan yang lebih memiriskan lagi adalah, baik di kubu Jokowi mupun di kubu Prabowo banyak bercokol alim ulama,tokoh tokoh agama,para cendikiawan yang pemahamanya dalam masalah hukum agama tidak perlu lagi di ragukan. Kemana mereka sekarang?
Kita bisa melihat bagaimana para elit parpol sebelum pilpres di gelar, sibuk silaturahim, berkunjung kepada para alim ulama dan tokoh agama sekedar meminta restu dan mencari dukungan. Bahkan masing masing pihak baik kubu 01 maupun 02 seperti berebut mendapatkan simpati dan dukungan dari tokoh tokoh ummat tersebut.
Pada masa itu para ulama yang merupakan simbol keluatan nyata ummat islam seperti sangat di muliakan bahkan di hargai oleh para tokoh politik negeri ini.kita pasti masih bisa mengingat bagaimana para elit negeri ini tiada henti hentinya merayu dan bermohon agar para ulama tersebut mau bergabung dalam barisanya.
Pasca hari pencoblosan.
Begitu hari pencoblosan surat suara telah di lalui, kpu sedang melakukan rekapitulasi suara secara nasional kekisruhan baru terjadi lagi. Kubu 02 Prabowo-Sandi berani mengklaim kemenangan hanya berdasar hitung cepat internal.bahkan tidak tanggung tanggung sampai tiga kali melakukan klaim kemenangan.padahal semua orang di republik ini tahu,hanya KPU lah yang berhak menentukan siapa memperoleh suara terbanyak.
Pihak kubu 01pun akhirnya  pelan tapi pasti mulai meladeni permainan ini. Acara syukuran mulai bermunculan, para elit parpol mulai berani terang terangan mengklaim pihaknya yang sebenarnya sebagai pemenang pilpres ini. Kemana para ulama penyokong kedua kubu kini berada?  mengapa mereka tidak bersuara menengahi segala kekisruhan ini.
Wahai ustadz Yusuf mansur, al ustadz Abdul Somad, Aa gym mengapa anda diam saja melihat suasana yang tidak terkendali ini? Kepada para ulama yang menggulirkan itjmak ulama mendukung salah satu calon presiden, mengapa diam saja melihat orang yang di usungnya mengaku menang padahal hasil resmi belum lagi di umumkan.
Apakah ALLAH tuhan yang maha kuasa tidak akan meminta pertanggung jawaban atas semua dukungan yang telah di berikan? tidakkah anda melihat kegelisahan dan ketakutan ummat melihat para elit hanya saling menyerang? siapa yang dulu memberi dukungan,siapa dulu yang katanya ingin netral tapi di akhir akhir waktu ternyata tak mampu memegang kata katanya? ummat gelisah,masyarakat mulai terbelah.
Saya hanya takut dan khawatir bila agama islam hanya di jadikan tunggangan untuk meraih kekuasaan. Kesucian islam di manfaatkan oleh oknum oknum penjual agama demi ambisi pribadi. Kasihan ummat, kasihan mereka yang tidak tahu apa apa tapi ikut berdarah darah memperjuangkan sesuatu yang ternyata hanya tipuan belaka.
Setiap ummat islam yang mencintai agamanya pasti sedih dan tidak rela bila agamanya hanya di manfaatkan demi kepentingan segelintir orang.
Mengapa tidak kita tunjukan kekuatan nyata akhlakul karimah ummat islam yang mendahulukan adab dan etika dalam segala persoalan. Kita bisa berdiri di tengah tengah mendinginkan suasana,kita bersatu tanpa harus memandang lagi nomor berapa yang kita dukung kemarin di hari pencoblosan.
Kepada para ulama, tokoh tokoh ummat yang kemarin sibuk memberi dukungan, yakinlah bahwa ALLAH pasti mencatat semua niat kita, ucapan kita, tindakan kita, dan akan di mintai pertanggung jawabanya kelak di hari penentuan.semoga ALLAH memberikan petunjuk dan hidayahNYA bagi kita semua.
Salam indonesia damai.
apakah ummat islam kini seperti buih di lautan? banyak tapi tidak memiliki kekuatan.terombang ambing di permainkan gelombang.
kang marakara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H