Sabtu malam minggu paling asyik ngomongin soal jodoh.tinggalkan politik,tinggalkan ekonomi,fokus cari jodoh.(yang sudah punya,tau diri).
Apalagi bagi para jomblo,baik pria maupun wanita,urusan jodoh lebih genting dari urusan negara,apalagi pilpres.
Jodoh itu datang sendiri.
Begitu nasihat orang tua zaman dahulu kalau melihat anak gadis atau anak lajangnya termenung memikirkan jodoh yang tak kunjung datang.
Bagi orang biasa seperti saya,cari jodoh itu ada rumusnya : lirik lirikan,kemudian kenalan,sudah merasa mantab lamaran,tunggu hari pernikahan.simpel,sederhana,murah meriah (ini hanya pengalaman pribadi saya."dengan biaya semurah murahnya,dapat jodoh secantik cantiknya").
Jodoh untuk para eksekutif
Ternyata cara dan rumus di atas tidak berlaku untuk kalangan pekerja propesional dan para eksecutif.golongan orang yang berpendidikan,karir cemerlang,bergelimang harta dan berjuta kemewahan.
Entah karena kesibukan mengejar karir,atau makin tingginya standar dalam mencari pasangan,banyak dari kalangan eksekutif ini kesulitan dalam menemukan dan menentukan pasangan hidupnya.
Peluang ini banyak di manfaatkan oleh biro jodoh untuk menawarkan jasa ,membantu para pekerja sibuk ini untuk menemukan jodohnya.
Ada jasa ada biaya
Karena jodoh memang urusan penting,jasa para biro jodoh ini tetap di butuhkan.soal biaya,itu bukan masalah bagi para sksekutif,yang memang bergelimang harta.rumuspun berubah:dengan biaya semahal mahalnya,mendapat pasangan sesempurna mungkin.
Ambil contoh Lunch Actually,sebuah biro jodoh khusus para pekerja propesional dan eksekutif ini,mematok biaya termurah 10 juta sampai 129 juta kepada anggotanya.
Biro jodo yang berbasis di singapura ini,sudah 5tahun beroperasi di indonesia dengan anggota sekitar900 orang.dengan rentang usia terbanyak 30-40 tahun,dan di dominasi oleh wanita,sekitar 70% dari keseluruhan anggota
Satu fenomena menarik untuk di amati
Ternyata makin tinggi pendidikan seseorang,apalagi di tambah jabatan dan penghasilan yang melimpah membuat sebahagian  orang menerapkan standart yang tinggi untuk menjadi pasanganya.urusan jodoh yang mulanya murah dan sederhana,kini berubah menjadi peluang bisnis ber omzet milyaran rupiah.
Tentu bagi orang yang berduit,biaya 10 juta-ratusan juta bukan masalah.tapi yang jadi masalah menurut saya adalah standart tinggi yang di tentukan dalam mencari pasangan.
Akhirnya itulah mungkin fenomena di zaman ini,ratusan juta harus di keluarkan untuk mencari jodoh,karena hidup yang semakin sibuk dengan padatnya rutinitas.pandangan pertama sebentar lagi mungkin tidak di butuhkan,karena kita sudah tak punya waktu lagi untuk lirik lirikan.salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H