Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Beli Snack Bukan Beli Angin

25 Januari 2019   15:34 Diperbarui: 25 Januari 2019   15:35 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jajan snack atau cemilan rasa rasanya jadi hobi semua orang.baik tua maupun muda.bagi anak anak makan snack sudah seperti makanan pokok.bahkan ada anak yang malas makan nasi dan sayur,akibat terlalu banyak jajan.

Kemasan yang menarik,harga murah meriah dan banyak ragam pilihanya,jadi daya tarik tersendiri.pokoknya kalau satu hari saja anak nggak jajan,bisa bisa ngambek satu hari satu malam.

Tapi pernahkah kita perhatikan bahwa sekarang bungkus snack atau jajan rata rata bungkusnya menggembung.seperti ada angin di dalamnya.bahkan ada anak anak yang punya hoby iseng,kemasan snack yang belum dibuka di dekatkan ke telinga kawanya,kemudian bungkus snack di tekan kuat kuat dan......blarrr,bungkus snack pecah mengeluarkan suara yang mengagetkan.

Ternyata sekarang para produsen memasukan sejenis gas yang tidak  inert(gas yang tidak akan bereaksi dengan makanan) kedalam kemasan.yang tujuanya adalah agar produk tidak mudah hancur atau rusak selama pengiriman.dan biasanya gas yang di gunakan adalah gas nitrogen.

Tapi masalahnya kadang kadang  ada produsen yang nakal,kemasanya menggembung besar tapi begitu dibuka isinya cuman secuil.saking jengkelnya kadang kadang ada yang ngomel"ini beli snack bukan beli angin".yang jadipertanyaan adalah apakah isi kemasan yang secuil itu sesuai dengan harganya? atau para produsen mengakalinya untuk mendapat keuntungan yang lebih besar.

Ya tentu setiap orang punya tanggapan yang berbeda beda tentang masalah ini.ada yang cuek saja,bahkan ada yang senang,mungkin karena hobynya ngagetin orang tetap lancar.atau ada yang seperti saya, yang menyayangkan seandainya besarnya kemasan ternyata isinya cuman secuil.kan sayang rupiah kita.

Tulisan ini dibuat oleh seorang bapak yang tiap hari rutin mengantarkan anak anaknya membeli jajanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun