Ehsobat muda, pernah denger istilahDebat Kusirgak? Boong beud kalo gak pernah denger mah. Saya yakinsobat mudasemua satu atau dua kali, pasti pernah denger istilah itu bukan? “Bukaaaannn!!!”. Eeeh gak perlu dijawab kelesss. Atau mungkin ada yang pernah menggunakannya dalam percakapan. Atau jangan-jangan ada yang pernah mempraktekannya? Ada gak? Ada gak? Ayo yang merasa pernah silahkan koprol. “Huuuuuu, kepoooo!” Biarin ah, hak donk!
Terus adakah diantarasobat mudasemua yang tau makna di sebalik kataDebat Kusiritu? Kalo saya pribadi sih, jujur nih ya, selalu gagal faham menangkap maksud tersirat dari kata itu. Nah dua hal berikut inilah yang bikin saya heran bin bingung dengan kataDebat Kusiritu :
- Pertamax. Kenapa kusir? Bukan sopir, masinis, pilot, nahkoda, tukang ojek atau tukang beca ? Bukankah ini bentuk diskriminasi terhadap profesi pengemudi lainnya? Saya khawatir hal ini dapat memicu kecemburuan para pengemudi lain yang nama profesi nya gak diajakin buat nemenin kata Debat dalam istilahDebat Kusir. Bagaimana kalau mereka ngadu ke KPK (Kesatuan Pengemudi Kendaraan) trus habis itu ke Kak Seto? Lalu nyewa Fart-hat Abbas buat jadi lawyernya. Kan berabe, bisa-bisa mengganggu stabilitas nasional dan bikin SBY marah. Nah lho!
- Keduax.Seumur-umur sumpah saya belum pernah liat atau denger kusir berdebat. Kalaupun ada, apa yang mereka perdebatkan? Duluan mana telur sama ayam? Atau memperdebatkan kuda siapa yang paling semok? Atau ngeributin kenapa kuda harus pake kacamata kuda bukan kacamata rayban? Padahal yang sering saya liat debat bukan kusir, tapi orang-orang necis bernomor urut yang dengan pede mengumbar janji semu nan palsu agar dipilih saat Pileg, Pilkada dan Pil KB nanti.
Sobat mudasemua pasti sepakat bukan dengan argumentasi saya? (Awas jangan jawab bukan lagi!) Kalo gak sepakat saya mah woles aja. Dan saya akan tetapkeukeuhpada apa yang saya yakini benar. “Emang benar?” Ga tau juga sih, heu.
Stop bagian basa basi nya, kita kembali ke lep…top (too cool mode on). Berikut definisiDebat Kusirhasil pencarian saya dibantuin sama Mr. G :
“debat kusir, debat yg tidak disertai alasan yg masuk akal;”http://kbbi.web.id
“debat kusir, debat yg tidak disertai alasan yg masuk akal;”http://kamusbesar.com
“debat kusir, biasanya diterjemahkan sebagai suatu perdebatan yang tak tentu ujung-pangkalnya.”http://lifestyle.kompasiana.com
Kok definisinya sama semua ya? Gak kreatif ah. Eh segitu juga udahuyuhandeng masih ada yang mau bikinin definisinya. Daripada saya bisanya cuman protes gak jelas dan gak penting, xixixi. Nah terkait asal muasal kenapa sampe dibikin istilahDebat Kusir, ada yang sukarela bikinin ceritanya nih, cekidot : Kenapa Disebut Debat Kusir
Masih ngomonginDebat Kusirnihsobat muda. Persis tadi sore, saya mengalami nya lho. Ada yang mau tau ceritanya gimana gak? Apa? Kurang kedengeran. Sekali lagi ya. Ada yang mau tau gak? Ok, karena kalian maksa akan saya ceritain. Jadi begini. Eh bentar saya minum dulu, haus soalnya dari tadi belum minum. Soalnya kalo minum terus takutbeser. Ada yang taubeserartinya apa? Ah sudahlah jangan dibahas, gak penting. Lagian kita kan lagi bahas Debat Kusir. Tadi saya mau cerita apa? Tuh kan jadi lupa ah.
Saya ulangi deh. Jadi gini. Minggu kemarin menjelang ashar saya lagi main-main sama Zie anak saya yang umurnya tiga tahun setengah sambil nonton film Despicable Me 2 di atas kasur yang acak-acakan. Selain ada bantal dan guling yang sudah agak kumal, seprei yang sedikit bau ompol, dan keping-keping DVD kartun bajakan, terlihat juga sobekan-sobekan kertas berukuran 4R yang berasal dari kalender bergaya Tionghoa.Sobat mudatau kan kalender Tionghoa? Itu lho kalender yang untuk bisa melihat tanggal hari ini harus merobek tanggal yang kemarin. Pun demikian jika ingin melihat tanggal hari esok, maka harus merobek tanggal hari ini. Bingung kan? Rasain! Badewe kasian ya tu kalender tiap hari dirobekin mulu. Coba kalau hati sobat muda yang digituin tiap hari ya, duh!
Balik lagi, karena Minggu itu tanggal 23, maka sudah ada 22 sobekan kertas kalender yang di atasnya tertera angka 1 s.d. 22 dengan tinta warna warni, lucu sekali. Nah angka-angka itulah yang menjadi bahan perdebatan tiada akhir alias Debat Kusirantara saya dan si ganteng lucu, Zie. Kurang lebih seperti inilah dialog yang terjadi diantara kami :
“Yah, yah!
“Hmmmmm, apa?”
“Yah liat ini dua” Katanya sambil menunjuk kertas bertuliskan angka 13.
“Itu mah tiga belas sayang” Jawab saya seraya tersenyum dan mengelus kepalanya.
“Iiihhh ini dua tau” Dia nampak kesal
“Mana coba?”
“Ini kan dua. Satu, dua” katanya sambil menunjuk angka 1 dan angka 3.
Et dah bener juga ni bocah. Angkanya emang beneran ada dua kan. Angka 1 ada satu, angka 3 ada satu. Jadinya kan dua. Hahahaha, saya terkekeh di dalam hati. Ingin saya cubit pipinya yang mulus itu kalau tak ingat sepasang mata dengan sorot tajam milik seorang wanita yang sedari tadi memperhatikan kami. Bunda, begitu biasa Zie menyapa wanita itu. Yang karenanya saya urungkan niat saya untuk mencubit.
Eit sebentar. Pastisobat mudamengira bahwa saya mengurungkan niat saya buat nyubit Zie gara-gara takut sama bunda nya kan? Oh bukan, bukan karena takut saya mengurungkan niat saya. Saya Cuma takut sama Allah dan cicek. Yang saya lakukan adalah hanya berusaha memahami perasaannya, walau seringkali menemui kegagalan. Ya, wanita memang mahluk paling misterius di jagat raya yang ingin dimengerti dengan cara yang misterius pula, huft! Hingga akhirnya keinginan mencubit itu hanya mengejawantah menjadi usapan lembut di kening Zie. Dan adegan pun berlanjut.
“Iya sayang itu angkanya emang ada dua. Tapi itu bukan angka dua, itu angka tiga belas” Saya mencoba memberi pemahaman
“Ini dua ayaahh. Tuh, satu, dua” Ujar Zie.
“Iya iya itu emang dua” Saya terpaksa mengalah.
“Nah kalo ini angka berapa kang?” Kata saya sembari memperlihatkan sobekan kertas kalender bertuliskan angka 2.
“Itu, itu mah satu yah” Jawabnya polos.
“Lho kok satu sih Kang. Ini kan angka dua”
“Ayah mah iiiiihbaong. Itu satu tau. saaaatuuuu!” Zie nampak menunjuk angka dua itu dengan telunjuknya yang mungil.Baong=nakal-red.
“Kakang kakang, ada ada saja ah. Hahahaha”
Mendengar jawabannya saya gak bisa ngomong apa-apa lagi. Saya hanya bisa terpingkal-pingkal dibuatnya lalu saya peluk dan ciumi dia. Oh ya, kakang adalah panggilan baru buat Zie karena sebentar lagi dia bakalan punya adik yang katanya laki-laki (lagi). Oemji, satu anak laki-laki aja udah repot, apalagi dua. Huaaaaaa!
Lalu saya mikir. Ini siapa yang salah sih? Saya yang salah memberi pemahaman atau Zie yang salah memahami. Ayo siapa yang bisa jawab? Yang bisa boleh pulang duluan. Tapi yang jelas gak adil dan gak bijak kali ya kalo nyalahin Zie. Secara dia kan cuman anak yang umurnya belum genap empat tahun. Artinya disini saya sebagai ayahnyalah yang salah. Mungkin ada yang keliru dengan pola didik yang saya terapkan.
Kemudian, kalau percakapan tentang angka ini dilanjutin, tentu sudah bisa ditebak gimana kelanjutannya. Ya, kami bakalan terjebak dalam sebuah situasi pelik bernamaDebat Kusir, yang entah dimana ujung pangkalnya. Tidak adanya kesepahaman dan perbedaan persepsi antara saya dan Zie lah yang jadi pemicu perdebatan itu. Apapun argumen saya dan bagaimanapun cara menjelaskannya pasti bakalan mentah, karena masing-masingkeukeuhdengan pendapatnya. Pun kalau pada akhirnya kami sepakat, butuh proses dengan waktu yang tidak sebentar.
Sobat muda, itu tadi pengalaman sederhana saya tentangDebat Kusir. Lucu ya? Apa? Gak lucu? Biarin! terlepas dari lucu enggaknya cerita saya itu, saya yakin ada saat kita akan dihadapkan pada sebuah situasi dimana harus mempertahankan ide, gagasan ataupun apa yang kita rasa benar dengan orang lain yang berbeda pemahaman dan persepsi dengan kita. Kalo perdebatannya fair sih ga masalah. Tapi kalo yang dikedepankan adalah aspek emosi dan menafikan rasionalitas, maka dialog yang terjadi akan menjurus ke hal-hal negatif yang dipenuhi dengan cacian, makian, umpatan, menjatuhkan lawan bicara dan fokus pada orang yang menjadi lawan bicara bukan pada apa yang dibicarakan. Inilah yang terjadi padaDebat Kusir. Nah andai kita tak bisa menghindar dari kondisi ini, berikut ada beberapa trik yang bisa dilakukan agar situasi tetap terkendali.
- Keep Calm n Stay Breathing.Tetap tenang dan usahakan untuk terus bernafas. Jangan sampai kita mati lemas karena menahan nafas dan amarah. Jaga emosi agar tidak terbawa suasana.
- Talk Less, Listen More.Berikan porsi yang lebih banyak kepada pendengaran kita. Bicaralah hanya untuk hal-hal yang memang penting dan harus dibicarakan. Ingat kita dianugerahi dua telinga dan hanya satu mulut. Ini adalah sebuah indikasi bahwa Tuhan menakdirkan kita untuk lebih mengoptimalkan potensi pendengaran dibanding mulut. Dalam perspektif Islam Rasulullah mengajarkan perilaku “fal yakul khaiiran aw liyasmut” artinya berbicaralah yang baik atau diam.
- Diversion.Buat pengalihan pembicaraan dengan hal-hal yang menyenangkan. Misalkan pujilah lawan bicara kita, standup comedy, nyanyi, atau pura-pura mules aja biar aman.
- Positive Thinking, Positive Acting.Usahakan selalu berfikir dan berbuat positif. Meski dalam matematika negatif dikali negatif sama dengan positif, tapi ketentuan itu tidak berlaku dalam situasi ini. Jika orang lain berfikir dan bertindak negatif terhadap kita balaslah dengan kebalikannya. Berfikirlah yang baik tentangnya dan berlaku baiklah kepadanya.
- Be Generous.Bermurah hati dan berbesar hatilah, maka tidak ada satupun masalah yang terlalu hebat untuk dihadapi. Biarkan lawan bicara kita merasa menang. Berfokuslah kepada hal lain yang lebih bermanfaat.
Gitu aja sih! Sekedar sharing sederhana tentang keseharian yang kadang luput dari perhatian. Kalo ada benernya ya alhamdulillah. Kalo ternyata banyak kelirunya, saya mohon ampun kepada Allah atas kesia-siaan yang saya lakukan. Semoga bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H