Mohon tunggu...
M Kanedi
M Kanedi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya sebutir debu semesta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rhoma Irama Pendendam, Provokatif, Berbahaya!

28 November 2012   17:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:31 7629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Rhoma Irama “diadili” oleh panwaslu DKI atas dugaan telah melakukan kampanye bernuansa rasis dalam Pilgub Jakarta Juli 2012 lalu, banyak orang (termasuk saya) beranggapan bahwa Sang Raja Dangdut itu hanya slip of the tongue.

Tetapi, setelah menyaksikan pernyataannya di acara Mata Najwa Metro TV Rabu malam (28-11-2012), anggapan itu harus dicabut. Rhoma Irama rupanya benar-benar sosok yang sangat rasis.

Ketika ditanya Najwa Sihab tentang latar belakang dan motivasinya mencalonkan diri jadi Presiden tahun 2014 nanti, Rhoma Irama kurang lebih (secara garis besar) menjawab sebagai berikut.


  • Ada beberapa tokoh ulama yang mengatakan kepadanya bahwasejak “pengadilan” dirinya oleh Panwaslu DKI--yang terbukti tak bersalah, dia (Rhoma Irama) sudah menjadi Icon Islam.
  • Terpilihnya Cagub DKI yang berasal dari etnis yang kini mendominasi ekonomi Indonesia, dan bukan muslim, merupakan keadaan yang disebutnya ‘ekstrem’. Sebab, menurut Rhoma, etnisyang selama ini telah menguasai ekonomi di Indonesia kini sudah mau merambah kekuasaan politik pula.
  • Gejala itu, klaim Bang Haji,telah menimbulkan keresahan anak bangsa, khsusus umat Islam.
  • Karena dirinya (meski sedikit enggan  mengakuinya) sudah dianggap jadi Icon Islam , sementara umat islam sedang berhadapan dengan kondisi yang meresahkan itu maka banyak ulama mendorongnya untuk maju menjadi calon presiden.

Pernyataan Rhoma itu, terlebih bila diucapkan dengan penuh kesadaran, sungguh sangat berbahaya. Bukan hanya berbahaya bagi kehidupan demokrasi, tetapi lebih jauh dari itu, berbahaya bagi kehidupan dan keutuhan bangsa ini.

Benar bahwa mayoritas rakyat Indonesia beragama Islam, tetapi satu hal yang dia lupa (karena kepicikannya) bahwa tidak semua, bahkan mungkin hanya sedikit sekali, umat Islam negeri ini berpikiran seperti dia.

Jadi karena berpandangan terlalu picik dan pendendam, dendam karena pernah diadili secara poltik oleh Panwaslu DKI, maka Rhoma Irama sama sekali tidak layak dijadikan pemimpin Republik Indonesia.

Indonesia sudah ditakdirkan sebagai bangsa majemuk, majemuk suku dan etniknya, majemuk agama dan keyakinannya. Hanya pemimpin yang mengerti  dan berkomitmen terhadap  paham kebangsaanlah (nasionalis) yang bisa membuat  negeri  majemuk seperti Indonesia ini hidup rukun dan damai.

Tokoh-tokoh yang berpikiran picik, rasis, dan egois hanya akan membuat bangsa ini makin babak belur, terpuruk, dan terbelakang.

Pandai ngeles saja

Yang lebih memprihatinkan lagi dari sosok Rhoma Irama adalah jawabannya atas pertanyaan Najwa soal seberapa intens  dan peduli dia mengikuti perkembangan  isu  jadi konsern dan keprihatinan public.

Bang Haji menjawab: “tidak terlalu intens, tetapi cukup mengikuti”.

Ketika ditanya pendapat dan sikapnya soal subsidi BBM dan soal ekonomi lainnya, si Raja Dnagdut hanya bisa ngeles. Bahwa dia belum sampai kesana.

“Sekarang kan baru wacana, belum sebagai capres. Seorang presiden kan tidak harus superman yang serba bisa. Tetapi cukup punya visi dan misi. Toh seorang presiden itu akan dibantu oleh tim think tank, dan menteri-menteri”.

Rupanya Bang Haji Rhoma Irama beranggapan jadi presiden itu mudah. Cukup dengan main tunjuk, main perintah, dan bisa disambi main gitar.

Ha ha ha…..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun