Ketika Rhoma Irama “diadili” oleh panwaslu DKI atas dugaan telah melakukan kampanye bernuansa rasis dalam Pilgub Jakarta Juli 2012 lalu, banyak orang (termasuk saya) beranggapan bahwa Sang Raja Dangdut itu hanya slip of the tongue.
Tetapi, setelah menyaksikan pernyataannya di acara Mata Najwa Metro TV Rabu malam (28-11-2012), anggapan itu harus dicabut. Rhoma Irama rupanya benar-benar sosok yang sangat rasis.
Ketika ditanya Najwa Sihab tentang latar belakang dan motivasinya mencalonkan diri jadi Presiden tahun 2014 nanti, Rhoma Irama kurang lebih (secara garis besar) menjawab sebagai berikut.
- Ada beberapa tokoh ulama yang mengatakan kepadanya bahwasejak “pengadilan” dirinya oleh Panwaslu DKI--yang terbukti tak bersalah, dia (Rhoma Irama) sudah menjadi Icon Islam.
- Terpilihnya Cagub DKI yang berasal dari etnis yang kini mendominasi ekonomi Indonesia, dan bukan muslim, merupakan keadaan yang disebutnya ‘ekstrem’. Sebab, menurut Rhoma, etnisyang selama ini telah menguasai ekonomi di Indonesia kini sudah mau merambah kekuasaan politik pula.
- Gejala itu, klaim Bang Haji,telah menimbulkan keresahan anak bangsa, khsusus umat Islam.
- Karena dirinya (meski sedikit enggan mengakuinya) sudah dianggap jadi Icon Islam , sementara umat islam sedang berhadapan dengan kondisi yang meresahkan itu maka banyak ulama mendorongnya untuk maju menjadi calon presiden.
Pernyataan Rhoma itu, terlebih bila diucapkan dengan penuh kesadaran, sungguh sangat berbahaya. Bukan hanya berbahaya bagi kehidupan demokrasi, tetapi lebih jauh dari itu, berbahaya bagi kehidupan dan keutuhan bangsa ini.
Benar bahwa mayoritas rakyat Indonesia beragama Islam, tetapi satu hal yang dia lupa (karena kepicikannya) bahwa tidak semua, bahkan mungkin hanya sedikit sekali, umat Islam negeri ini berpikiran seperti dia.
Jadi karena berpandangan terlalu picik dan pendendam, dendam karena pernah diadili secara poltik oleh Panwaslu DKI, maka Rhoma Irama sama sekali tidak layak dijadikan pemimpin Republik Indonesia.
Indonesia sudah ditakdirkan sebagai bangsa majemuk, majemuk suku dan etniknya, majemuk agama dan keyakinannya. Hanya pemimpin yang mengerti dan berkomitmen terhadap paham kebangsaanlah (nasionalis) yang bisa membuat negeri majemuk seperti Indonesia ini hidup rukun dan damai.
Tokoh-tokoh yang berpikiran picik, rasis, dan egois hanya akan membuat bangsa ini makin babak belur, terpuruk, dan terbelakang.
Pandai ngeles saja
Yang lebih memprihatinkan lagi dari sosok Rhoma Irama adalah jawabannya atas pertanyaan Najwa soal seberapa intens dan peduli dia mengikuti perkembangan isu jadi konsern dan keprihatinan public.
Bang Haji menjawab: “tidak terlalu intens, tetapi cukup mengikuti”.
Ketika ditanya pendapat dan sikapnya soal subsidi BBM dan soal ekonomi lainnya, si Raja Dnagdut hanya bisa ngeles. Bahwa dia belum sampai kesana.
“Sekarang kan baru wacana, belum sebagai capres. Seorang presiden kan tidak harus superman yang serba bisa. Tetapi cukup punya visi dan misi. Toh seorang presiden itu akan dibantu oleh tim think tank, dan menteri-menteri”.
Rupanya Bang Haji Rhoma Irama beranggapan jadi presiden itu mudah. Cukup dengan main tunjuk, main perintah, dan bisa disambi main gitar.
Ha ha ha…..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H