Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ada dua kata dan dua ungkapan yang terkait pahlawan. Dua kata yang dimaksudkan adalah “pahlawan” dan “kepahlawanan”, sedangkan dua ungkapan yang dimaksudkan yaitu “pahlawan kesiangan” dan “pahlawan bakiak”.
Pahlawan sejati
Kata “pahlawan” didefinisikan sebagai orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani. Sementara “kepahlawanan” adalah segala hal yang terkait dengan sifat pahlawan (seperti keberanian, keperkasaan, kerelaan berkorban, dan keksatriaan).
Berdasarkan definisi kata “pahlawan” dan kata turunannya “kepahlawanan” itu jelaslah apa sesungguhnya kriteria (jasa, sikap, dan semangat) seseorang itu layak dijuluki atau pantas digelari pahlawan sejati.
Pahlawan sejati adalah orang yang berani, gigih, tanpa pamrih memperjuangkan kebenaran (hak hidup, hak politik, hak ekonomi, hak berkeyakinan dan lain-lain) menurut norma yang diterima dan berlaku universal.
Karena jasa, sikap, dan semangat seorang pahlawan dalam berjuang biasanya menonjol (di atas rata-rata) maka pahlawan sejatibiasanya mampu menginspirasi dan memotivasi orang banyak untuk berbuat sesuatu (sesuai kapasitas masing-masing) guna mendukung perjuangan tersebut.
Pahlawan abal-abal
Ada dua ungkapan yang berkonotasi negatif terhadap kata “pahlawan” dan “kepahlawanan”, yaitu “pahlawan kesiangan” dan “pahlawan bakiak”. Karena sifatnya yang berlawanan dengan sifat pahlawan sejati, maka orang-orang yang memenuhi kriteria “pahlawan kesiangan” dan “pahlawan bakiak” bolehlah disebut sebagai “pahlawan abal-abal”.
Pahlawan kesiangan
KBBI memberikan dua definisi untuk “pahlawan kesiangan” yaitu: (1) orang yang baru mau bekerja (berjuang) setelah peperangan (masa sulit) berakhir;(2)orang yang ketika masa perjuangan tidak melakukan apa-apa, tetapi setelah peperangan selesai menyatakan diri pejuang.
Berdasarkan dua definisi di atas jelaslah bahwa para “pahlawan kesiangan” adalah pribadi-pribadi yang licik, pengecut, dan egois. Di masa sulit (di masa perang misalnya) orang-orang seperti ini berpotensi menjadi penghianat. Sedangkan di masa damai dia cenderung serakah dan korup.
Sosok pahlawan abal-abal jenis ini bisa diidentifikasi dari kebiasaannya mengumbar jasa-jasanya di masa lalu, sembari suka mengerdilkan jasa orang lain (pesaingnya). Pahlawan kesiangan umumnya tidak segan membayar mahal untuk publikasi citra dirinya.
Pahlawan bakiak
Ungkapan ”pahlawan bakiak” oleh KBBI didefinisikan sebagai orang yang sangat patuh pada istrinya. Berdasarkan definisi ini, istilah “pahlawan bakiak” sebenarnya tidak ada kaitannya dengan dunia kepahlawanan. Ungkapan ini ditujukan khusus kepada para suami yang memiliki kecenderungan terlalu patuh (karena takut) pada istri. Tentunya, jika budaya yang berlaku di dalam suatu masyarakat memang menentapkan bahwa suami harus patuh pada istrinya, maka ungkapan ini tidak tepat.
Akan tetapi, karena di dalam ungkapan “pahlawan bakiak” itu terdapat kata “pahlawan” maka penting kita ulas apa konotasinya dalam perspektif “kepahlawanan”.
Dalam banyak tradisi, kaum lelaki (suami) adalah pemimpin. Di dalam sebuah keluarga lelaki adalah kepala rumah tangga.Sebagai kepala keluarga, suami haruslah punya sifat-sifat pemimpin: gagah, berani, dan tegas.
Gagah, berani, dan tegas adalah sifat yang harus dimiliki pahlawan. Jadi, siapa saja yang mengklaim dirinya sebagai pahlawan tetapi tidak memiliki ciri tersebut (gagah, berani, dan tegas) maka dia tidak layak disebut pahlawan.
Selamat Hari Pahlawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H