Mohon tunggu...
M Kanedi
M Kanedi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya sebutir debu semesta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Telur Berisi Jarum dan Silet: Fenomena Pengobatan Gaib?

31 Mei 2012   08:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:34 7012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_191809" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]

Suatu ketika saya mendapat kesempatan menjadi narasumber dalam sebuah pelatihan 3 hari bertajuk “Bagaimana mengembangkan sikap kritis siswa”. Peserta pelatihan adalah guru-guru yang tergabung dalam Kelompok Kerja Guru IPA  (KKG IPA) pada sebuah gugus sekolah dasar (terdiri dari 8 SD).

Karena scope pelatihan adalah mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) maka fenomena yang dijadikan objek kajian adalah seputar makhluk hidup, materi dan sifat-sifatnya, energi dan perubahannya, serta bumi dan antariksa. Beberapa permainan (pertunjukan) yang relevan dengan proses berpikir logis untuk menyikapi fenomena-feomena alam pun saya peragakan.

Rupanya, meskipun dari permainan-permainan itu sudah tersirat bahwa semua fenomena fisika yang kasat mata hanya terjadi karena sebab-sebab fisika pula, tidak semua peserta dapat diyakinkan.  Salah seorang guru menceritakan pengalamannya menyaksikan langsung (dengan mata kepala sendiri) kejadian yang menurut dia adalah fenomena gaib.

Pengobatan (gaib?) menggunakan telur ayam kampung

Begini cerita sang guru. Dia pernah menyaksikan seorang “orang pinter” (dukun maksudnya) mengobati seseorang yang menderita sakit menahun yang menurut sang dukun akibat guna-guna.  Si dukun beraksi dengan sebutir telur ayam kampung.

Caranya, telur tadi di tempelkan dan dieluskan pada tubuh si pasien. Setelah selesai aksi elus-mengelus itu, telur dipecahkan di atas sebuah piring porselin. Anehnya, demikian cerita sang guru, yang keluar dari telur tersebut adalah jarum, silet, dan darah. Padahal,  lanjut  dia,  telur itu adalah telur asli yang disediakan oleh keluarga pasien.

Dengan cerita itu maka dia pun mengajukan pertanyaan kepada saya: “Apakah nenurut bapak kejadian itu hanya fenomena fisika biasa, bukan fenomena gaib?”

Terhadap pertanyaan itu saya hanya menjanjikan: “Pertanyaan ini akan saya jawab besok, untuk itu saya mohon besok disediakan 3 butir telur ayam kampung yang masih mentah. Taruh ketiga telur itu di dalam baskom yang alasnya ditaburi beras ketan hitam”.  Peserta pun serentak menyatakan sanggup memenuhi permintaan saya.

Demonstrasi fenomena telur berisi jarum dan silet

Pada hari yang saya janjikan untuk menjawab pertanyaan,  saya meminta agar baskom berisi telur dan beras ketan hitam yang saya minta sehari sebelumnya di taruh di meja saya (meja peragaan).

Saya pun memeriksa satu persatu telur tersebut sambil mengangkatnya agar terlihat oleh seluruh peserta.  Setelah itu saya meminta guru yang kemarin mengajukan pertanyaan untuk tampil ke depan. Kemudian saya minta  dia, disaksikan peserta lainnya, untuk memeriksa telur-telur tersebut satu persatu untuk memastikan jumlah dan keadaan telur. Setelah semua  peserta yakin bahwa jumlah dan keadaan (keaslian) telur tersebut sama dengan yang mereka sediakan, saya pun meminta  guru tersebut untuk memecahkan telur-telur tadi satu persatu di atas  piring.

Telur pertama normal, telur kedua pun  normal. Ketika telur ketiga dipecahkan saat itulah para peserta pelatihan terperangah karena dari dalam telur itu keluar silet, jarum, dan cairan mirip darah.

Setelah adegan itu selesai saya pun mengajukan pertanyaan balik kepada peserta pelatihan: “Menurut saudara-saudara apakah kejadian ini merupakan fenomena gaib atau fenomena fisika?” Tidak ada jawaban. Semua diam.

Penjelasan tricknya

Karena saya  memaklumi mengapa mereka diam, maka tanpa berpanjang lebar saya pun memaparkan cara saya melakukan trik “telur ajaib” itu sebagai berikut.

  • Sepulang saya dari acara pelatihan di hari saya mendapat pertanyaan tentang fenomena pengobatan menggunakan telur ayam, saya menyempatkan diri pergi ke warung membeli telur ayam kampung beserta benda-benda lain yang diperlukan.
  • Di rumah, saya ‘menggarap’ telur tersebut. Menggunakan gergaji pemotong ampoule obat saya membuat celah memajang yang lebarnya tak lebih dari 0,3 mm, panjangnya sedikit melampaui lebar sebuah pisau silet (Lihat gambar).
  • Melalui celah itulah saya memasukkan jarum, pisau silet, dan cairan mirip darah (saus dan kecap yang diencerkan) menggunakan alat suntik (spuit).
  • Setelah semua benda yang dikehendaki dimasukkan, celah tadi saya tutup dengan pasta resin yang diberi partikel dan pewarna yang mirip dengan cangkang telur.
  • Pada hari “show” saya sengaja mengenakan baju koko lengan panjang yang cukup longgar. Dibalik lengan baju yang longgar itulah, di pergelangan tangan, saya menyembunyikan telur yang sudah ‘dikerjai’ tadi.
  • Saat memeriksa telur satu persatu di meja peragaan, tanpa sepengetahuan peserta pelatihan, saya menukar salah satu telur di dalam baskom dengan telur ‘ajaib’ saya.

13384539301018029952
13384539301018029952

Mengkritisi claim kekuatan gaib

Di akhir ‘pertunjukan’ peserta kembali mengajukan pertanyaan kepada saya: “Menurut bapak apakah ‘orang pinter’ yang melakukan pengobatan dengan telur ayam itu menggunakan trick atau kekuatan gaib?”

Sebagai jawabannya saya menjelaskan bagaimana caranya mengidentifikasi trik di dalam sebuah pertunjukan yang diklaim sebagai fenomena gaib. Jika salah satu atau beberapa dari kondisi di bawah ini  ada atau dilakukan oleh penampil (dukun, paranormalis, atau pesulap) maka dapat dipastikan fenomena yang kita saksikan hanyalah trick:

1.Membutuhkan subjek (orang) khusus. Subjek khusus biasanya adalah orang yang dapat diarahkan, paham skenario “permainan”, menguasai teknik permainan dengan baik, dan dapat menjaga rahasia,

2.Membutuhkan tempat (ruangan) khusus. Di tempat-tempat tertentu kondisi-kondisi atau efek khusus dapat diciptakan, misalnya untuk mengatur pencahayaan, suara, suhu, kelembaban, dan aliran udara sesuai yang diinginkan.

3.Membutuhkan alat khusus. Alat khusus diperlukan untuk menimbulkan efek-efek khusus yang dikehendaki.

4.Membutuhkan waktu khusus. Waktu khusus, fungsinya mirip dengan tempat khusus yaitu terkait dengan tata cahaya, suara dan lain-lain. Selain itu waktu khusus juga diperlukan untuk persiapan.

5.Membutuhkan persiapan khusus. Contoh, seorang dukun mungkin akan masuk ke kamar khusus untuk mempersiapkan  sesuatu sebelum memperlihatkan fenomena tertentu.

6.Tidak memberi kesempatan orang lain untuk memeriksa kondisi alat atau bahan yang akan digunakan. Contoh, adegan penggunaan golok dalam uji kekebalan tubuh, goloknya milik si dukun sendiri, sementara orang lain tidak diberi kesempatan memeriksanya sehingga tidak pernah tahu apakah golok tersebut benar-benar tajam atau tidak.

7.Mengenakan kostum atau asesoris khusus. Kostum khusus, jubah misalnya, boleh jadi berisi banyak benda atau bahan rahasia. Asesoris khusus, gelang, liontin kalung, ikat pinggang, atau ikat kepala boleh jadi telah diberi benda-benda yang dapat menimbulkan efek-efek tertentu.

8.Memberikan perlakuan khusus. Contoh, sebelum subjek yang akan dijadikan medium dalam ritual pemanggilan arwah, misalnya, si subjek disuruh meminum atau menghisap sesuatu. Sesuatu yang ditelan atau dihisap tadi boleh jadi mengandung zat yang dapat menyebabkan seseorang terhalusinasi atau tidak sadarkan diri. Mungkin juga bahan-bahan itu mengandung zat pemicu muntah untuk menimbulkan kesan bahwa efek pengobatannya sudah bekerja pada tubuh si subjek.

9.Mengawali pertunjukan dengan kalimat: “Orang yang satu guru satu ilmu mohon jangan saling mengganggu”. Maksud kalimat itu adalah: jangan bongkar rahasia atau trik pertunjukannya.

Salam Kompasiana…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun