Mohon tunggu...
M Kanedi
M Kanedi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya sebutir debu semesta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demo BBM Dicueki Masyarakat, Mengapa?

27 Maret 2012   16:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:23 1575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah menyaksikan tayangan berita televisi seputar unjuk rasa anti kenaikan harga BBM yang berlangsunghari ini (27/3/2012) di Jakarta dan beberapa kota lain di tanah air, dapat disimpulkan bahwa demo yang berlangsung tidaklah sebesar dan sedahsyat sebagaimana dikhawatirkan sebelumnya.

Jika sehari sebelumnya diberitakanakan terjadi demonstrasi besar-besaran menolak rencana pemerintah menaikkan harga BBM, faktanya di setiap titik kerumuman massa jumlah pendemonya hanya berkisar ratusan saja. Tampaknya, gerakan menolak kenaikanharga BBM yang dipelopori mahasiswa kali ini hanya ditanggapi dingin oleh masyarakat.

Sambutan dingin masyarakat terhadap aksi demo yang digelar mahasiswa dapat dilihat dari beberapa tayangan televisi (langsung maupun rekaman) saat demo berlangsung. Di JalanMedan Merdeka Timur Jakarta, misalnya, ketika berlangsung aksi saling lempar antara mahasiswa dengan aparat polisi, terlihat banyak orang berdiri diam di sisi jalan menonton aksi tersebut. Di Makasar, bahkan aksi mahasiswamendapat perlawanan masyarakat setempat.

Mengapa masyarakat sepertinya tidak terlalu antusias mendukung gerakan menolak kenaikan harga BBM. Padahal kenaikan harga BBM itu dipastikan akan membuat kehidupan masyarakat semakin terpuruk akibat melambungnya harga-harga barang kebutuhan?

Ada beberapa kemungkinan penyebab dinginnya sambutan masyarakat terhadap gerakan unjuk rasa menolak kenaikan BBM 2012 ini.


  1. Track record mantan aktivis mahasiswa (1966, 1974, dan terakhir 1998 ) tidak semuanya bagus. Beberapa diantaranya, ketika sudah mendapat kesempatan menjadi pemimpin, justru tergelincir ke dalam gaya hidup yang hedonis. Beberapa diantara mereka bahkan ada yang terlibat (atau setidaknya terindikasi terlibat) tindak pigana korupsi.Menyaksikan kiprah para mantan aktivis itu membuat masyarakat berkesimpulan bahwa sikap kritis yang mereka suarakan saat berjuang tidak lebih sebagai luapan sinisme karena belum mendapat kesempatan. Ketika kesempatan didapat, semuanya sama saja. Sama tidak bersihnya dengan tokoh-tokoh yang dulu mereka kritik. Sepertinya masyarakat sudah tidak percaya lagi dengan ketulsan para pengunjuk rasa itu.
  2. Selama era reformasi ini nyaris tidak ada hari tanpa unjuk rasa. Dalam setiap unjuk rasa itu yang dipertontonkan hanyalah kekerasan, yang ujung-ujnungnya hanya menimbulkan kerusakan dan kesengsaraan pada masyarakat. Sementarakeadaan tidak menjadi lebih baik. Akibatnya masyarakat justru menjadi jengah dan apatis terhadap aksi-aksi unjuk rasa.
  3. Ulah mahasiswa yang tidak bisa mengendalikan diri saat berunjuk rasa acap disertai anarkisme berupa perusakan fasilitas umum. Tontonan itulah yang membuat masyarakat tidak lagi respek .Bahkan tidak jarang muncul umpatan dari masyarakat kepada para mahasiswa karena menilai aksi unjuk rasa itu hanya mengganggu aktivitas warga akibat kemacetan lalu lintas, misalnya.
  4. Berkaitan dengan masalah BBM. Masyarakat di banyak daerah, khususnya di luar Jawa, sudah terbiasa dengan keadaan ‘krisis’ BBM. Pasokan di SPBU sering kali terlambat dan terbatas. Anehnya di kios eceran selalu ada tetapi harganya jauh diatas harga resmi.Harga premium di SPBU, resminya RP 4.500, tetapi di pengecer harganya berkisar antaraRp 5.500 – Rp 7.000. (bergantung jarak tempat pengecer dengan SPBU terdekat).


Dengan pengalaman pahit yang sudah kronis itu masyarakat malah berpikir lebih baik harga BBM dinaikkan asal pasokan lancar. Murah tidak ada gunanya jika barangnya susah didapat.  Kelangkaan pasokan dijadikan alasan pengecer menaikkan harga setingi-tingginya di luar kewajaran. Harga BBM dinaikkan tidak lagi mengagetkan karena toh sehari-hari harga BBM memang sudah naik secara liar akibat pasokan yang tidak lancar.

Itulah antara lain kondisi yang dapat mendorong masyarakat tidak terlalu antusias menyambut gerakan menolak kenaikan harga BBM akhir-akhir ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun