Mohon tunggu...
M Kanedi
M Kanedi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya sebutir debu semesta

Selanjutnya

Tutup

Nature

Tanda Awal Hujan Badai dan Cara Menghindari Bahayanya

15 Januari 2012   05:18 Diperbarui: 4 April 2017   18:27 11660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan disertai angin kencang adalah salah satu fenomena cuaca ekstrem yang sangat sering terjadi di Indonesia, terutama di masa-masa awal musim hujan. Peristiwa tumbangnya puluhan pohon perindang jalan, papan reklame, dan rambu lalu lintas di Jakarta dalam pekan pertama Januari 2012 ini adalah contohnya.

Tahap-tahap pembentukan hujan angin

Hujan badai (rainstorm) dapat terjadi dimana saja bila ada massa udara lembab yang lebih hangat dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Proses diawali pemanasan udara di atas permukaan tanah pada siang hari oleh radiasi matahari.

Udara di dekat permukaan tanah memuai dan air di permukaan tanah menguap. Kondisi ini menyebabkan udara menjadi lembab dan ringan sehingga naik dalam jumlah yang cukup masif.

Udara lembab dan ringan yang massif tadi bergerak ketas, tahap ini adalah awal pembentukan awan badai yang dusebut tahap cumulus (terbentuknya awan cumulus). Pada ketinggian tertentu uap air mulai terkondensasi menjadi butir-butir air halus membentuk awan hitam.

Kondensasi butiran air tadi melepaskan latensi panas penguapan menyebabkan makin menurunnya kerapatan udara yang sedang bergerak naik sehingga awan itu terus berkembang menjadi awan cumulonimbus hingga ketinggian 6 kilometer, ditandai dengan bagian bawahawan yang semakin menghitam.

Semakin bertambahnya ketinggian, kondensasi makin meningkat.Kondisi itu dapat pula disertai terbentuknya kristal-kristal es yang juga melepaskan latensi penguapan sehingga menyebabkan gerakan udara naik (up draft) terus meninggi hingga 12-an kilometer.Tahap ini disebut tahap pematangan hujan angin.

Pembentukan butiran air dan kristal es menghebat dan tak mampu lagi didorong naik oleh up draft sehingga jatuh ke bumi dalam bentuk hujan deras disertai angin kencang, seringkali juga disertai sambaran petir.

Akibat tekanan rendah di bawah awan cumulus yang terus naik maka udara yang lebih rapat dari samping tertarik sehingga timbul angin kencanghorizontal yang menuju ke kawasan tersebut. Bila kondisi itu disertai petir maka fenomenaalam itu disebut badai petir (thunderstorm).

Setelah 15 menit hingga satu jam hujan lebat disertai angin kencang, dan/atau disertai petir tadi berlalu, perkembangan hujan angin memasuki tahap ketiga yang disebut tahap peredaan. Hujan mereda dan anginkencang pun mulai mereda.

Masalahnya, waktu 15 menit hingga satu jam, angin kencang itu mungkin sudah menimbulkan kerusakan parah: atap rumah bereterbangan, pohon, baliho, papa-papan reklame, atau rambu lalu lintas bertumbangan.

Tanda-tanda awal yang perlu di waspadai

Hujan badai sebenarnya merupakan fenomena alam yang sangat predictable (dapat diprakirakan).

vUmumnya terjadi selepas tengah hari.

vSejak pagi hingga siang hari cuaca mungkin sangat cerah,panas dan menggerahkan.

vMenjelang atau selepas tengah hari cuaca berubah secara kontinu. Awan putih memenuhi angkasa semakin lama semakin menebal disertai tiupan angin.

vSeiring menghitamnya awan, kecepatan angin makin lama makin kencang disertai kilatan petir.

Tip agar selamat dari hujan badai

vKetika sedang berkendara sebaiknya berhenti, sebab pohon dan papan-papan reklame di pinggir jalan dapat tumbang seketika disertai banyaknya benda-benda kecil beterbangan.

vJika terpaksa harus terus melaju, maka kurangilah kecepatan lalu tingkatkan kewaspadaan sehingga bila di depan ada benda-benda jatuh dan beterbangan dapat dihindari dengan mudah.

vJika berteduh atau memarkir kendaraan, hindari tempat-tempat dekat papan rekalame/baliho atau pohon besar sebab benda-benda tersebut dapat roboh menimpa kendaraan atau diri kita.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun