Mohon tunggu...
M Kanedi
M Kanedi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya sebutir debu semesta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Capres: Pentingkah Mahir Berpidato?

2 Juni 2014   01:45 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:50 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Penting atau tidaknya kepandaian berpidato pada  seseorang, memang sangat relatif. Bergantung pada jenis profesi dan kebutuhannya.  Artinya ada profesi yang memang tidak menuntut kepandaian berbicara. Sebaliknya banyak profesi yang menuntut seseorang harus pandai berbicara. Tetapi, meskipun profesinya menuntut keahlian berbicara, kapan dan dimana harus berpidato tentunya bergantung kebutuhan.

Banyak sekali profesi yang tidak menuntut orang pandai berbicara dan berpidato. Buruh bangunan, petani, montir, pilot, masinis, sopir, juru masak (koki), atlet, penari, dan pelukis adalah contoh profesi yang tidak menuntut keahlian berbicara. Untuk pekerjaan tersebut, terlalu banyak bicara malah bisa mengurangi kulaitas hasil pekerjaan.

Tetapi,  untuk profesi berikut ini kepandaian berbicara dan berpidato mutlak diperlukan:

1) Guru dan dosen

Guru atau dosen yang tak mahir berbicara akan kesulitan menyampaikan materi pelajarannya. Biasanya guru seperti itu suka marah kalo ditanya. Akibatnya motivasi belajar siswa jadi rendah.

2) Reporter TV

Orang yang berwajah menarik dan bersuara bagus mungkin bisa menjadi pembaca berita. Tetapi jika tidak mahir berbicara tanpa teks, dapat dipastikan dia akan gagal menjadi reporter siaran langsung.

3) Pengacara

Orang yang tak pandai bicara di depan publik dapat dipastikan akan mengahadapi banyak kesulitan jika nekat terjun di dunia pengacara.

4) Politisi

Semua politisi hebat  biasanya orator yang bagus. Dari mereka-mereka inilah seringkali muncul istilah-istilah atau ungkapan yang menginspirasi dunia. John F Kennedy, misalnya terkenal dengan kalimatnya dalam sebuah pidato: “jangan tanya apa yang telah kau terima dari negara, tetapi tanyakan apa yang telah engkau berikan kepada negara”.

Bagaimana dengan para pemimpin setingkat presiden? Petingkah kepandaian berpidato bagi mereka? Di Amerika Serikat, konon,  kepandaian berpidato seorang capres menjadi penentu keterpilihan atau ketidaktepilihannya.

Okay lah. Terlalu berlebihan jika kita membandingkan atau mengidentifikasikan diri dengan tradisi presidensi di Amerika. Kita tengok saja presiden-presiden kita mulai dari Soekarno, Soeharto, B.J. Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati Soekarno Putri, dan Soesilo Bambang Yudhoyono. Dari keenam presiden itu, dua diantaranya yaitu Soeharto dan Megawati, bisa dikategorikan tidak terlalu pandai berpidato.

Meskipun kurang cakap berpidato (jika tanpa teks) Soeharto telah terbukti sukses memimpin negeri ini selama 32 tahun. Meskipun Soeharto selalu membutuhkan penerjemah setiap kali melakukan pembicaraan dengan para pemimpin dunia, tetapi dia bisa berkomunikasi efektif dengan para tokoh dunia. Kewibawaannya di dunia internasional cukup tinggi dan disegani. Di bawah kepemimpinan Soeharto pulalah  Indonesia menjadi salah satu negara yang disegani di tingkat regional.

Jadi, pandai atau tidaknya seorang pemimpin berpidato, bukanlah jaminan kesuksesannya dalam meminpin. Tetapi akan menjadi sangat membanggakan jika Indonesia dipimpin oleh orang yang ideal: merakyat, amanah, berwibawa, dan pandai berpidato.

Salam Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun