Mohon tunggu...
M Kanedi
M Kanedi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya sebutir debu semesta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jokowi-Kalla Tampak Tak Sehati, Mengapa?

4 Juni 2014   15:25 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:25 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sederhana saja dasar untuk bertanya “Mengapa Pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf kalla (JK) tampak tidak sehati?” Yakni, dari busana yang mereka kenakan.

Setidaknya ada 2 momen penting yang terlihat di layar kaca saat keduanya tampil dengan busana yang berbeda. Pertama, saat pengambilan nomor urut capres/cawapres. Kedua, saat deklarasi pemilu berintegritas yang digelar KPU (Selasa, 3/6/2014). Di kedua acara penting tersebut Jokowi mengenakan kemeja kotak-kotak, sementara JK mengenakan kemeja warna putih polos. Sedangkan pasangan Prabowo-Hatta selalu tampil dengan model dan warna pakaian yang sama.

Sebagai satu pasangan dengan ambisi, visi, dan misi yang sama semestinya suatu pasangan memiliki kesamaan pandangan dalam hal strategi. Cara, jenis, dan warna pakaian harus diakui merupakan bagian dari strategi itu.

Perbedaan model dan warna pakaian yang dikenakan Jokowi dan JK boleh jadi menggambarkan perbedaan pandangan keduanya dalam memaknai peran busana saat berkampanye.

Jokowi karena memiliki pengalaman sukses dengan baju kotak-kotak saat bersaing dalam pemilu gubernur DKI, boleh jadi telah menimbulkan keyakinan (mitos) dalam dirinya bahwa baju kotak-kotak itu memberi hoki.

Perbedaannya, saat pilgub DKI bukan hanya Jokowi yang mengenakan kemeja kota-kotak, tetapi juga pasangannya Ahok dan seluruh tim pemenanganya. Sekarang, di pilpres ini, hanya Jokowi yang terlihat mengenakan kemeja yang membawa hoki tersebut. Sementara sang cawapres, bahkan ketua dan anggota tim pemenangannya, tidak mengenakannya.

Mengapa JK tidak mengikuti Jokowi mengenakan kemeja dengan model dan warna yang sama? Boleh jadi JK beranggapan bahwa bukan penampilan fisik (apalagi sekedar busana) yang menjadi dasar rakyat simpati dan mendukung, melainkan karena gagasan, visi, misi, dan program kerja yang terukur.

Atau mungkin juga JK, karena sifat kenegarawanannya, beranggapan bahwa lawan politik itu adalah saudara sekali gus juga mitra dalam membangun bangsa ini. Karenanya, tidaklah perlu mengeksklusifkan diri, apalagi hanya dalam hal busana kampanye.

Namun demikian, apa pun alasan JK tidak mau mengikuti cara berpakaian Jokowi,sang calon bossnya, sudah menegaskan bahwa ada ketidaksehatian antara keduanya. Ingat, wawancara JK di tahun 2012, di awal Jokowi memimpin Jakarta, JK dengan tegas menyatakan bahwa Jokowi jangan dicapreskan. “Bisa rusak negeri ini” demikian kata JK mengomentari wacana publik untuk mencalonkan Jokowi jadi capres kala itu.

Jika dalam masa kampanye saja JK tidak bisa sehati dengan Jokowi, bagaimana nanti setelah keduanya duduk di istana? Bisa jadi, predikat JK sebagai “the real president”seperti ketika dia menjadi wakil SBY akan terulang kembali.

Kondisi ini bisa menjadi perjudian khusus buat Jokowi. Jika kelak dia menang, maka Jokowi bisa mengklaim kemenangan itu karena Jokowi (kemeja kotak-kotak) effect. Sebab, hanya dialah yang konsisten mengenakan kemeja kotak-kotak sedangkan pasangan dan tim pemenangannya, tidak. Sebaliknya jika kalah orang pun bisa serta merta menyudutkan dirinya bahwa baju kotak-kotak itu hanya membawa hoki untuk menaklukkan Jakarta saja, bukan untuk Indonesia.

Salam Kompasiana

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun