Mohon tunggu...
Andhika Alexander
Andhika Alexander Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Pascasarjana Program Magister Profesi Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pernikahan Beda Agama: Boleh Atau Tidak?

12 November 2014   22:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:57 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Salah satu masalah yang ‘diributkan’ bagi mereka yang berpasangan atau yang sudah memutuskan untuk menikah adalah tentang kepercayaan. Kepercayaan yang aku maksud disini lebih kita kenal sebagai agama, meski ada beberapa daerah yang memiliki kepercayaan berdasarkan adat dan budaya setempat.

Pertanyaan terhadap masalah tersebut adalah, “Bolehkah orang menikah beda agama?”

Secara sederhana, siapapun bisa menjawab, “Ya, tentu saja. Namanya juga cinta, pasti bolehlah meski agamanya berbeda.”

Namun, pada kenyataannya, masalah tersebut tidak se-simple itu. Dari beberapa rekan baik yang sudah senior maupun yang masih baru, aku mendapatkan beberapa insight baru. Banyak yang menyatakan bahwa pernikahan beda agama fine-fine saja sejauh kedua belah pihak setuju dan memang senyatanya, konflik tentang hal tersebut sedikit. Namun, tidak sedikit pula yang menyatakan bahwa pernikahan beda agama hanya akan membawa permasalahan di masa yang akan datang.

***

Aku pribadi menganut prinsip menikah dengan pasangan yang memiliki kepercayaan yang sama. Bukan berarti, aku tidak senang dengan agama yang lain, dan menutup diri terhadap yang lain. Kita juga perlu mempelajari (minimal mengenal) agama lain, paling tidak sebagai usaha untuk membangun toleransi antar umat beragama. Nah, ada tiga alasan mengapa aku menganut prinsip tersebut,

Pertama terkait unsur prinsip pribadi. dari dulu, aku sudah dibesarkan oleh agama X. Dia yang kusebut sebagai Tuhan dan Allah sudah banyak memberikan banyak pengalaman rohani spiritual. Pengalaman-pengalaman rohani spiritual itu notabene membentuk kepribadian, cara berpikir, pengambilan keputusan dan berbagai hal lainnya dalam kehidupan aku ini. Sehingga sangat mustahil rasanya aku harus meninggalkan agama X dan pindah “hanya” demi kekasih hati.

Kedua terkait cara mendidik anak. Memang sih, aku pribadi belum menikah apalagi memiliki anak. Namun, ada kecemasan tersendiri bagiku apabila nanti sudah berkeluarga dan memiliki anak, anak tersebut dididik dengan dua ajaran agama yang berbeda. Kok kayaknya ribet dan bingungin si anak, ya? Misal, gini, si ayah ajarkan ajaran agama A, sedangkan ibu ajarkan agama B. Memang sih, tujuan agama A maupun B itu sama-sama baik, yaitu menuju jalan keselamatan. Tapi, ketika tata caranya berbeda, dan budaya serta ajarannya berbeda, diasumsikan bisa menimbulkan kebingungan sendiri bagi anak,Ajaran agama mana ya yang akan aku pakai dalam hidupku ini?” atau minimal, pada saat akan ke tempat ibadah, “siapa yang akan aku ikut ya? Ke tempat ibadah papa atau ke tempat ibadah mama?”

Ketiga, terkait keluarga besar. Pernikahan tidak hanya melibatkan dua orang pria dan wanita (jika kita berbicara tentang pernikahan heterogenitas) tetapi juga menyatukan dua keluarga besar menjadi satu. Nah, banyak artikel yang aku baca, dan hasil diskusi dengan rekan-rekan, permasalahan yang muncul tentang pernikahan beda agama kebanyakan berasal dari keluarga besar mereka masing-masing. Mungkin saja, ada satu pihak keluarga yang tidak setuju dengan pernikahan beda agama yang dilakukan anggota keluarganya tersebut. Pada akhirnya, hubungan antara keluarga besar dengan si mempelai tersebut bisa saja menjadi renggang. Apabila hubungan keluarga sudah merenggang, tidak sedikit juga masalah baru yang akan menghampiri kedua keluarga besar tersebut, minimal masalah dengan pasangan tersebut.

***

Kembali ke judul artikel tentang, “Bolehkah menikah beda agama?” Sebenarnya, yang bisa menjawab pertanyaan tersebut bukanlah aku, melainkan mereka yang akan menikah dan dipersatukan. Secara teori, tujuan pernikahan selain untuk melestarikan keturunan, tetapi juga untuk menyatukan cinta yang selama ini dibangun, dipelihara, dan dipupuk oleh kedua orang tersebut. Permasalahan menikah beda agama ya kembali lagi ke proses diskusi antara kedua orang yang hendak menikah tersebut, apakah mereka akan menikah beda agama, atau memutuskan ikut agama pasangannya.

Setiap keputusan adalah tergantung dari pasangan yang hendak menikah tersebut. Akan tetapi, jangan sampai topik tentang pernikahan beda agama ini menjadi masalah untuk mengembangkan dan meng-sustainkan usaha toleransi antar umat beragama.

Warmest Regards,

Andhika Alexander Repi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun