Mohon tunggu...
Zaki Iskandar
Zaki Iskandar Mohon Tunggu... Auditor - YNWA!

YNWA!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Humor] “Succes Story” Telor Pindang, Ditinjau dari Sudut Pandang Asbabun Nuzul, Bara Asmara, dan Hikmah yang Terkandung di Dalamnya

5 Januari 2016   15:03 Diperbarui: 5 Januari 2016   15:46 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Doea Sedjoli.... (sumber gambar: sayangmelaka.blogspot.com)"][/caption]

Ini adalah kisah percintaan antara dua butir telor. Telor ayam tepatnya. Sebutir telor lelaki bernama Sumarkidjo telah lama memendam rasa cinta kepada sebutir telor perempuan bernama Sumiati.

“Mia, aku jatuh cinta padamu. Sejak pandangan pertama….” ucap Sumarkidjo tatkala bersua Sumiati secara tak sengaja di pinggiran sebuah telaga. Suaranya parau dan wajahnya yang pucat menjadi semakin pucat.

“Ohh!” Sumiati terkesiap. Parasnya memerah menahan malu. “Tapi tampangmu terlalu pucat, Mark! Lelaki bertampang pucat itu bukan tipeku,” sambungnya.

“Baiklah, aku akan melakukan sesuatu,” jawab Sumarkidjo.

Esoknya Sumarkidjo sang telor pucat berikhtiar untuk membuat kulit tubuhnya berwarna lebih gelap dari biasanya. Ia melumuri dirinya dengan apa saja yang ia temui di dapur dan kebun belakang rumahnya.

Beberapa sahabat sesama telor membantu “membungkus” badan Sumarkidjo dengan adonan yang terbuat dari campuran kecap, garam, daun bawang merah, daun jambu biji, daun jati, daun salam, lengkuas, dan gambir. Bahkan telor-telor itu rela merebahkan diri di pinggir jalan, siang dan malam hari, sebagai tempat Sumarkidjo duduk berjemur dan mengangin-anginkan tubuhnya.

Satu minggu kemudian Sumarkidjo bertemu kembali dengan Sumiati. Telor perempuan itu tak pernah menyangka akan berjumpa dengan sosok sebutir telor idaman yang sama persis dengan kriterianya. Ia langsung jatuh hati.

“Hai lelaki coklat, siapakah namamu?” tanya Sumiati tak kuasa menahan rasa ingin tahunya.

“Hai perempuan jelita, namaku Joe,” jawab Sumarkidjo dengan percaya diri.

“Joe, aku jatuh cinta padamu. Sejak pandangan pertama….” ucap Sumiati tanpa ragu.

*****

Cinta adalah anugerah Tuhan. Mencintai dan dicintai adalah hak semua makhluk. Kalau untuk meraihnya engkau harus berikhtiar, maka berikhitarlah. Jika harus berkorban, maka berkorbanlah. Sumarkidjo harus berpayah-payah untuk mencapai cita-citanya dengan bertransformasi menjadi telor pindang (pindah tampang). Namun ia berhasil mencapai tujuannya.

Mark alias Joe menikahi Mia. Mereka pun hidup bahagia selamanya.

*****

Aih, manusia memang kadang lupa dengan siapa saja yang pernah membantunya. Adakah yang sekadar ingin tahu siapakah sahabat-sahabat Sumarkidjo yang bahkan rela menggelimpangkan diri di pinggir jalan itu? Baiklah, sebut saja mereka telortoar….

[Tulisan ini terinspirasi dari film perjuangan berjudul “Zone Pro Site: The Moveable Feast”]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun