[caption id="attachment_211463" align="aligncenter" width="500" caption="Persibangga Purbalingga vs. Persib Bandung: Gareng vs. Werkudara? (sumber gambar: dokumen pribadi Kandar Tjakrawerdaja)"][/caption]
Entah karena mereka mabok mendoan ataukah faktor kondisi lapangan yang kurang mendukung, yang jelas pada Minggu sore kemarin (14/10), Persib Bandung, salah satu tim elit di Indonesia, tumbang di stadion Guntur Darjono oleh pasukan muda Persibangga Purbalingga.
Bermain di hadapan belasan ribu pecinta sepakbola yang didominasi oleh Braling Mania, Tim Laskar Jenderal Soedirman bermain dengan penuh percaya diri. Walaupun status mereka adalah tim amatir dari Divisi I PSSI namun hal itu tidak lantas membuat anak-anak muda Purbalingga menjadi gentar saat berhadapan dengan lawan-lawannya yang dari ukuran pengalaman maupun kemampuan teknik sangat jauh di atasnya.
Gareng Lawan Werkudara
Sangat jarangnya masyarakat Purbalingga menyaksikan secara langsung aksi klub papan atas membuat keberadaan Persib Bandung di stadion Guntur Darjono menjadi objek hiburan tersendiri. Para penonton datang berbondong-bondong memenuhi tempat duduk bahkan dua jam sebelum kick-off babak pertama dimulai. Seluruh tribun terisi penuh sehingga banyak suporter yang nekat membahayakan dirinya dengan duduk di tembok stadion.
Aksi para legiun asing Maung Bandung seperti Abanda Herman, Dzumafo, Messi, dan Kenji Adachihara juga lumayan menghibur. Beberapa kali Kenji mempertontonkan kemampuan tekniknya yang memang di atas rata-rata. Kerjasama yang cukup rapi antara Messi dan Dzumafo sering membuat Braling Mania menahan napasnya. Namun yang menjadi perhatian terbesar adalah duel yang melibatkan Abanda Herman. Setiap kali pemain barisan depan Persibangga yang bertubuh mini melakukan pertarungan satu lawan satu dengan Abanda Herman yang tinggi tubuhnya 190-an cm, banyak penonton yang tertawa terbahak-bahak karena duel tersebut sangat tidak seimbang. “Gareng lawan Werkudara!” teriak salah satu penonton.
Nyanyian Rasis?
Persib Bandung akhirnya harus rela menerima kenyataan dipermalukan oleh tim amatir yang akhir bulan ini akan berjuang dalam babak empat besar Divisi I Nasional PSSI. Gol menit ke-12 dari Asep Rudiyanto merupakan gol yang sangat cantik, hasil kerjasama yang terjalin rapi dan penuh pengertian. Meskipun tim tamu membombardir daerah pertahanan lawan, namun skor 1-0 tetap bertahan hingga peluit akhir dibunyikan untuk kemenangan Persibangga Purbalingga.
Sementara itu, ratusan Viking datang dari berbagai kota untuk mendukung tim kesayangannya sekaligus menjalin persahabatan dengan Braling Mania. Pada saat jeda pertandingan, beberapan pentolan dua kelompok suporter itu berjalan mengelilingi stadion dan mendapat respon yang sangat positif. Namun ada suatu hal dari Viking yang menurut saya cukup memalukan. Di hadapan belasan ribu orang, Viking menyanyikan lagu-lagu maupun yel-yel yang menurut saya berbau rasis ataupun menebarkan kebencian kepada kelompok suporter tertentu. Semoga para pecinta sepakbola di Purbalingga bisa bersikap dan bertindak bijaksana dengan tidak meniru hal-hal buruk yang mereka lihat dan dengarkan.
Majulah sepakbola Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H