Mohon tunggu...
Zaki Iskandar
Zaki Iskandar Mohon Tunggu... Auditor - YNWA!

YNWA!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bus Malam Trans Kalimantan dan ”Insiden” Babulu

17 Januari 2012   02:05 Diperbarui: 23 Desember 2015   13:11 3886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_156503" align="aligncenter" width="600" caption="Bus Jurusan Banjarmasin-Balikpapan-Samarinda (Sumber: suaraborneo.com)"][/caption]

Di antara begitu banyak perjalanan darat yang pernah saya lakukan, salah satu yang paling mengesankan dan mendebarkan adalah ketika pertama kali naik bus malam dari Kota Banjarmasin, ibukota Provinsi Kalimantan Selatan, menuju ke Kota Balikpapan, ”ibukota” Pulau Kalimantan. Saat itu saya menaiki bus malam ”P.O. Pulau Indah Jaya” yang berangkat dari terminal bus ”Kilo Enam” karena berlokasi 6 kilometer di sebelah timur pusat kota Seribu Sungai itu.

Perjalanan tersebut sungguh membuat hati saya dag-dig-dug penasaran karena sebelumnya saya sama sekali tidak mempunyai gambaran bakal seperti apa rute yang akan dilalui nanti. Kira-kira menjelang maghrib, berangkatlah bus yang saya tumpangi dengan membawa sekitar 40-an penumpang termasuk saya. Bus tersebut adalah bus berukuran besar dengan formasi kursi 2-2 dan berpendingin udara. Cukup nyaman pokoknya.

Keluar dari Kota Banjarmasin, jalur yang ditempuh untuk 35 kilometer pertama adalah jalan raya yang amat lebar – barangkali karena faktor keberadaan bandara di kilometer 36 sana. Namun selanjutnya kami harus melalui jalan aspal yang, meskipun relatif mulus, lebarnya kurang memadai untuk berpapasan dua buah kendaraan berukuran besar, tanpa salah satu di antaranya harus berhenti mengalah. Tapi seandainya kami tidak bertemu ”musuh”, maka bus yang kami tumpangi bagaikan pemimpin perlombaan rally yang melesat kencang tanpa bisa tersaingi. Rute yang sempit dan berkelok-kelok seolah-olah bukan masalah lagi bagi sang pengemudi – mungkin karena ia telah mengenalnya dengan sangat baik.

[caption id="attachment_156504" align="alignleft" width="300" caption="(Sumber: yudi.pras.student.umm.ac.id)"]

13267324101077244519
13267324101077244519
[/caption]

Selama menempuh perjalanan sekitar 14 jam, bus yang kami tumpangi berhenti kurang lebih selama 5 kali. Yang pertama kali adalah ketika makan malam (jam 19.00 WITA), yang kedua saat mengunjungi toko oleh-oleh yang menjual dodol Kandangan (saya menebak bahwa ini adalah ”pesan sponsor”), yang ketiga ketika beristirahat tengah malam di tengah-tengah hutan belantara (di sini belasan bus malam berkumpul untuk saling berbagi informasi), yang keempat saat memasuki sebuah kota kecil dalam wilayah administrasi Kabupaten Paser bernama Babulu (yang jadi ”tema” utama cerita humor ini), dan yang terakhir adalah ketika mengantri untuk menaiki kapal ferry di penyeberangan Penajam. Nah, dari kota Babulu inilah para penumpang bus malam memperoleh cerita ”turun-temurun” tentang ”insiden” Babulu.

Sepengetahuan saya, Babulu adalah kota yang dijadikan sebagai indikator oleh semua penumpang bahwa bus yang mereka tumpangi telah ”memasuki peradaban” dan tidak sampai satu jam kemudian akan tiba di pelabuhan ferry Penajam. Di pelabuhan tersebut, banyak penumpang yang memilih untuk turun dari bus untuk kemudian menaiki speedboat agar lekas sampai di Kota Balikpapan. Menaiki bus yang harus dikandung dalam perut kapal ferry, bagi orang-orang tertentu, sama saja dengan memboroskan waktu hingga 2 jam lamanya. Hiburan langka dari pesut Teluk Balikpapan, mamalia air yang terancam punah dan seringkali tampak berenang di sekitar kapal, rupanya bukan sesuatu yang luar biasa bagi mereka.

[caption id="attachment_156505" align="aligncenter" width="418" caption="Pesut Teluk Balikpapan (Sumber: antarafoto.com)"]

13267325761277936202
13267325761277936202
[/caption]

Kembali ke ”insiden” Babulu. Jadi, konon, pada suatu waktu berangkatlah seorang tentara dari sebuah kota di Kalimantan Selatan menuju Kota Balikpapan dengan menaiki bus. Tentara yang diceritakan sangat kelelahan itu mendapat tempat duduk di samping seorang gadis manis berumur belasan tahun. Sebelum jatuh tertidur, sang prajurit sempat berbincang singkat dengan sang gadis dan mengetahui bahwa perempuan muda itu, meskipun baru duduk di kelas 2 SMP, namun karena alasan tertentu ia telah berani bepergian jauh seorang diri.

Sekian jam lamanya tentara itu tertidur pulas dan ketika ia terbangun saat bus memasuki Kota Babulu, ia cukup terkejut karena tidak percaya bus yang ditumpanginya begitu cepat sampai di kota kecil tersebut. Dan di sinilah ”insiden” itu bermula.

”Sudah Babulu, Dek?” tanya si tentara dengan suara parau karena belum sepenuhnya terjaga dari tidur nyenyaknya. Laki-laki berseragam itu bermaksud bertanya kepada gadis di sebelahnya, apakah bus yang mereka tumpangi benar-benar telah memasuki Kota Babulu (si gadis diceritakan tetap terjaga setelah bus berhenti untuk yang ketiga kalinya di tengah hutan belantara).

Anehnya, sang gadis tampak kaget mendapat pertanyaan semacam itu. Lalu sambil menunduk malu, remaja yang sedang beranjak dewasa ini menjawab, ”Sudah, Om-ai. Tapi baru sedikit....”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun