Tapi siapkah kaum muslimin hari ini menghadapi mereka orang orang Barat, disaat mental orang Islam sendiri sudah berpenyakit dan lemah, mereka sibuk berada di sawahnya, ke masjid sekalipun tidak. Bahkan rela berada di sawah sampai malam harinya. Hal ini akan terus dimanfaatkan, aku tahu  jika laki laki Intel itu sangat memahami kondisi ini.
Beberapa hari kemudian tersiar kabar, seorang laki laki berpakaian preman ditemukan meninggal di belakang masjid tuha kampung Jiem. Ciri cirinya berkumis tebal. Mobil polisi dan ambulan menyemut ke kampung Jiem, polisi segera melakukan olah TKP. Tak salah lagi, itu lelaki Intel yang makan mie kocok Abu. Inna lillahi, ia sudah menghadap ilahi dalam tugasnya.
Lelaki Intel korban kebiadaban teroris sudah meninggal. Hari itu hujan mengguyur keude Caleue dengan derasnya, aku kembali ke warung mie kocok. Aku makan tanpa selera, batinku marah melihat kelalaian dan kemalasan orang Islam, batinku marah melihat perangai barat. Wajah lelaki Intel itu terus memaksaku untuk melakukan sesuatu.
Sigli, 17 Maret 2019.Â
Penulis Novel Bulan Di Langit Pedir, Pengajar di Dayah Jeumala Amal, www.azmiaceh.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H