Rencana reklamasi di Pantai Utara Jakarta dan beberapa wilayah di Indonesia menuai protes dari sebagian kalangan. Hal ini pun menjadi momentum untuk melakukan edukasi, membuka cakrawala masyarakat untuk mencari tahu lebih dalam apa dan bagaimana reklamasi itu. Maka proses penelusuran pun marak dilakukan, baik melalui luring maupun daring. Kenyataannya, masyarakat Indonesia akan dibuat tercengang dengan beberapa megaproyek reklamasi monumental yang sudah terjadi di berbagai penjuru dunia. Â
Bahwa reklamasi bukanlah barang baru, akan tetapi suatu hal yang sudah lama ada dan sering digunakan oleh beberapa negara guna keperluan penduduknya. Di sini akan diungkapkan beberapa senarai reklamasi prestisius dan monumental yang pernah terjadi dan hasilnya betul-betul bermanfaat bagi manusia. Pada awalnya, reklamasi ini tentu disertai pro dan kontra, tidak berjalan mulus. Namun setelah proyek reklamasi berjala sukses, semua akhirnya menerima dengan senang hati. Â
Â
Pulau buatan, Port Island di Kobe, Jepang (sumber  defence.pk)
Port Island JapanÂ
Pada tahun 1966 pemerintah Jepang mulai merilis rencana membuat sebuah pulau buatan dengan fungsi utama sebagai lahan hunian dan penopang infrastruktur. Terletak tepat di hidung pelabuhan Kobe, pulau buatan ini selesai dibangun pada 1981. Sekarang, Port Island menjadi tempat pendaratan helikopter, kantor usaha IKEA, pertemuan internasional Kobe Convention Center dan beberapa hotel mewah. Selain itu, Port Island, seperti namanya juga menjadi kota pelabuhan dan bongkar muat barang yang akan masuk ke Jepang.Â
Hongkong International AirportÂ
Ada pula reklamasi yang dilakukan khusus untuk membangun gerbang keluar masuk satu daerah. Sebutlah misalnya Hongkong International Airport. Gagasan awal dari proyek pembangunan Bandar udara ini adalah untuk mengakali sempitnya lahan daratan di kedua negara. Kemudian memanfaatkan bentang luas pesisir pantai sebagai solusi pembangunan bandara. Pada akhirnya, kedua bandara ini menjadi pintu gerbang utama hilir mudiknya wisatawan maupun kargo-kargo internasional yang menghidupkan denyut nadi ekonomi, baik di Jepang maupun di Hongkong.Â
The World Island Dubai Â
Setelah berhasil dengan Palm Island yang disebut-sebut sebagai reklamasi tersukses di dunia, Syaikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum selaku Amir Uni Emirat Arab mengeluarkan gagasan ‘gila’ berupa pembangunan replika peta dunia di lepas Pantai Persia. Gigaproyek reklamasi ini menghabiskan dana 182 trilyun rupiah. Dibutuhkan 321 juta meter kubik pasir untuk menciptakan replika peta dunia ini. Dengan hasil yang sepadan: terdongkraknya devisa negara melalui pariwisata, sebagai destinasi bisnis para eksekutif dan hunian baru bagi penduduk.Â
Peabody Energy Ereen Mining Site MongoliaÂ
Berkebalikan dengan umumnya reklamasi yang mengambil lahan pesisir pantai, reklamasi di Mongolia ini dilakukan di daratan. Tepatnya di bekas tambang yang telah rusak parah. Tujuannya, menghijaukan kembali kawasan yang diperuntukkan bagi penduduk lokal, terutama dalam usaha peternakan domba. Hebatnya, proyek reklamasi ini berhasil menghidupkan kembali sumber air bersih bagi penduduk lokal yang sebelumnya mengalami kesulitan mengakses air bersih. Dalam prakteknya, penduduk lokal Mongolia berperan aktif dalam pembebasan lahan, pembelian besi-besi bekas tambang dari perusahaan terkait, intinya mengontrol proyek reklamasi sehingga sesuai prosedur.Â
Pada akhirnya, setuju atau tidak terhadap reklamasi, merupakan pendapat pribadi. Yang pasti bahwa, data-data di atas menunjukkan bila persepsi negatif yang dibangun tentang reklamasi mesti diimbangi dengan informasi positif. Berpendapat mesti berdasarkan basis data yang akurat dan tidak sekadar membebek. []Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H