Mohon tunggu...
Fairizal Rahman
Fairizal Rahman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Fairizal Rahman

Lecturer of Communication Study at State Islamic University of Kediri.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memanjakan, Tak Memajukan Anak

3 Februari 2019   11:29 Diperbarui: 3 Februari 2019   12:41 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayah membiarkan saya melalui setiap prosesnya, mulai dari fotocopy berkas, menyerahkan ke bagian administrasi, sidik jari, tes tulis, bahkan ayah saya membiarkan saya melalui tahapan tes yang bagi saya cukup sulit yaitu tes praktik mengendarai motor. 

Tidak seperti mengendarai di jalan raya, tesnya cukup sulit yaitu dengan medan berbentuk zigzag, medan berbentuk seperti angka delapan, dan ada lagi saya sudah lupa. Walaupun sulit, ayah saya tetap membiarkan saya melewatinya, tak peduli saya gagal ataupun berhasil, yang terpenting adalah saya melakukannya dan melewatinya. 

Dah hasilnya, saya dinyatakan gagal tes praktik, dan harus kembali sekitar seminggu lagi. Seminggu kemudian, entah bagaimana caranya, kartu SIM saya jadi. Apakah ayah saya tidak bisa meminta keringanan atau dispensasi kepada petugas pada awal pendaftaran agar saya tak perlu ikut tes praktik? Saya yakin bisa. 

Tapi ayah saya tak mau itu, memperoleh SIM memang menjadi tujuan utama, tapi di balik itu, ada nilai-nilai yang ingin ditanamkan oleh ayah saya dalam hidup saya. Dari itu, saya jadi tahu apa saja persyaratan untuk pembuatan SIM, prosesnya kemana, ujian tulis seperti apa, ujian praktik seperti apa. 

Sehingga, jika suatu saat saya akan membuat SIM atau mungkin dibutuhkan menemani teman untuk membuat SIM, saya tahu bagimana prosesnya. Andai saat itu ayah memanjakan saya, ayah yang urus semua, saya tinggal tandatangan dan duduk untuk difoto, mungkin hingga saat ini saya tidak paham bagaimana prosedur pembuatan SIM. 

Itulah yang disebut kemandirian, tidak memanjakan anak. Mengajari dasar-dasar perilaku, dan kemudian membiarkan sang anak melakukannya sendiri sampai batas kemampuannya.

Tidak memanjakan anak berarti mengajari mereka hal-hal penting dalam hidupnya. Agar suatu saat, ketika anak-anak sudah dewasa dan menghadapi sesuatu yang harus dihadapi sendiri, anak tak lagi bergantung pada orang tua dan orang lain sepenuhnya. Anak-anak sudah tumbuh menjadi pribadi yang paham bagaimana menyelesaikan karena pelajaran dasar kemandirian sudah ia dapatkan ketika masih anak-anak.

Gamang Menghadapi Kehidupan

Ketika bertumbuh menjadi dewasa, baru tampak perbedaan sikap mental yang mencolok, antara anak anak yang dulunya hidup serba manis dan dimanja dengan anak anak yang sejak kecil sudah harus belajar mandiri. 

Sejak kecil sudah terbiasa mandi sendiri, gosok gigi sendiri, makan dengan tangan sendiri, ke sekolah tak harus diantarkan orang tua tiap hari, diajari cara mengerjakan pekerjaan rumah, mengerjakan tugas sekolah, dan lainnya. Mereka ini sudah terlatih sejak kecil, hidup mandiri dan tahan menderita. Sehingga menghadapi masalah masalah hidup, mereka tidak merasa gentar.

Sebaliknya, anak anak yang dulunya hidupnya dimanja, tiba tiba merasa gamang, karena harus menghadapi kehidupan yang keras. Baru memahami, bahwa tidak dalam semua hal, uang dan kenyamanan yang diberikan orang tua selama ini dapat menyelesaikan segala-galanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun