Mohon tunggu...
Narada Kanaya Mahalika
Narada Kanaya Mahalika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik program studi Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Media Sosial: Labirin Narkoba Digital Menuju Surga Dopamin

9 Juni 2024   12:10 Diperbarui: 9 Juni 2024   12:25 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

 Namun, seiring berjalannya waktu, penggunaan berlebihan media sosial dapat menyebabkan otak kita terbiasa dengan tingkat dopamin yang tinggi, sehingga kita menjadi kurang sensitif terhadap kesenangan dalam kehidupan nyata. Ini dapat mengurangi motivasi kita untuk melakukan aktivitas produktif dan sosial di dunia nyata.

 Itulah mengapa kita cenderung lebih suka menjelajahi media sosial dibandingkan dengan belajar atau melakukan pekerjaan lainnya, yang memerlukan usaha lebih, dari sekedar menggerakan jari diatas layar gawai. Hal ini menjadi alasan yang sama di kasus pecandu narkoba yang mencoba berhenti dari mengonsumsi obat-obatan terlarang, mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan normal, karena toleransi dopamin mereka yang menjadi begitu tinggi sehingga kehidupan normal tidak bisa menyamainya. Mereka tidak memiliki cukup motivasi untuk melakukan apa pun jika tidak ada pelepasan dopamin memenuhi standar mereka yang tinggi.

Akibatnya, tugas-tugas yang seharusnya memberikan manfaat jangka panjang, seperti belajar, mengerjakan tugas, atau membersihkan rumah, seringkali terasa membosankan dan kurang memuaskan. Kegiatan-kegiatan instan seperti menggulir media sosial dapat melepaskan dosis dopamin yang tinggi, memberikan kebahagiaan instan dengan mudah. 

Di sisi lain, kegiatan produktif sering memerlukan waktu dan usaha yang lebih besar, dan dosis dopamin yang dilepaskan cenderung lebih rendah. Ketika kita terbiasa dengan dosis dopamin yang tinggi dari kegiatan instan, seperti menghabiskan waktu berjam-jam di media sosial, kegiatan yang memerlukan usaha dan konsentrasi yang lebih besar seperti belajar atau mengerjakan tugas menjadi kurang menarik. 

Dengan begitu, akan terasa jauh lebih sulit untuk memotivasi diri untuk melakukan kegiatan produktif, bahkan ketika kita tahu kegiatan-kegiatan itu harus dilaksanakan.

Dengan pemahaman lebih mendalam tentang bagaimana media sosial memengaruhi pelepasan dopamin dan kesehatan mental, kita dapat lebih bijak dalam mengelola penggunaan media sosial kita. Kesadaran akan potensi dampak negatifnya dapat membantu kita untuk tetap terhubung dengan dunia digital, namun tetap menjaga keseimbangan dengan kehidupan nyata. 

Jika kita dapat mengendalikan penggunaan media sosial dengan bijak, kita dapat meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan manfaat yang ditawarkan oleh era digital ini. Dengan demikian, kita dapat menjauhkan diri dari "Labirin Narkoba Digital" dan menjaga kesehatan  mental kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun