Mohon tunggu...
Kanasya Thalita
Kanasya Thalita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

-

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Waspada Fenomena Anomali Iklim La Nina, yang Diramalkan Muncul Bersama dengan Gelombang Omicron di Indonesia

16 Januari 2022   11:59 Diperbarui: 16 Januari 2022   12:02 1984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain menghadapi ancaman gelombang omicron di Tanah Air, Indonesia juga perlu mewaspadai fenomena anomali iklim La Nina. Badan Metrologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), telah mengeluarkan peringatan dini terkait fenomena anomali iklim La Nina yang diprediksi akan terus berlangsung hingga Februari 2022 mendatang. Peringatan dini ini didasari oleh pengamatan permukaan suhu air laut di Samudra Pasifik. Lalu, apa yang dimaksud dengan fenomena anomali iklim La Nina?

Fenomena iklim La Nina merupakan suatu kondisi penyimpangan atau anomali suhu permukaan air laut dimana Samudra Pasifik tropis bagian timur dan tengah yang menjadi lebih dingin dibandingkan dengan kondisi normalnya. Situasi ini menyebabkan tekanan udara pada samudra ekuator bagian barat, sehingga menyebabkan atau mendorong pembentukan awan dan mengakibatkan curah hujan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi normal. Jika didasarkan pada pengamatan La Nina pada tahun 2020, maka peningkatan curah hujan terjadi mulai dari November 2021 hingga Februari 2022. Peningkatan curah hujan tersebut terjadi di wilayah Indonesia diantaranya adalah Sumatera Selatan, Jawa, Bali, NTT, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Potensi La Nina kali ini diprediksi tidak akan jauh berbeda dibandingkan dengan sebelumnya dengan peningkatan curah hujan kurang lebih 20-70% diatas normal. Perkiraan wilayah yang terdampak La Nina berpotensi akan meluas hingga awal tahun 2022 dengan wilayah terdampak seperti Pulau Sumatera dan Jawa.

Dampak dari fenomena anomali iklim La Nina adalah bencana hidrometerologi yang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia. Apa saja bencana yang patut diwaspadai?

  • Angin Puting Beliung

(Ilustrasi: iStockPhoto/deepspacedave)
(Ilustrasi: iStockPhoto/deepspacedave)

Dampak dari fenomena anomali iklim La Nina adalah bencana hidrometerologi yang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia. Salah satunya bencana yang patut diwaspadai adalah angin puting beliung yang kerap menimbulkan kerusakan besar akibat menerbangkan atap-atap rumah warga serta merusak sejumlah fasilitas umum di sekitarnya.

  • Hujan Dengan Intensitas Tinggi Hingga Menimbulkan Banjir

(Ilustrasi: ANTARA FOTO/Fredy Fakdawer)
(Ilustrasi: ANTARA FOTO/Fredy Fakdawer)

Selain angin puting beliung, bencana hidrometerologi lainnya yang patut diwaspadai akibat anomaly iklim La Nina adalah hujan dengan intensitas tinggi. Jika hujan dengan intensitas tinggi terus terjadi selama berjam-jam, maka bencana hidrometerologi yang berikutnya akan terjadi adalah banjir. Penduduk yang tinggal di wilayah hilir ataupun di wilayah banteran kali, patut untuk mewaspadai tingginya debit air. Jika debit air terus meningkat, maka segera evakuasi diri dan keluarga ke tempat yang lebih aman.

  • Longsor

(Ilustrasi: ANTARA FOTO/M. Ibnu Chazar)
(Ilustrasi: ANTARA FOTO/M. Ibnu Chazar)

Selain itu, jika hujan dengan intensitas tinggi terus terjadi maka bencana lainnya yang patut diwaspadai adalah tanah longsor. Terlebih lagi pada penduduk yang tinggal di wilayah rawan longsor seperti dataran tinggi. Hal ini karena longsor merupakan salah satu bencana yang tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi. Untuk penduduk yang tinggal di wilayah rawan longsor, maka patut untuk mengetahui perkembangan serta mengikuti instruksi dari pemerintah maupun petugas BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) untuk mengetahui langkah apa yang harus dilakukan berikutnya serta kemana evakuasi dapat dilangsungkan.

(Ilustrasi: detikcom/Dony Indra Ramadhan)
(Ilustrasi: detikcom/Dony Indra Ramadhan)

Kondisi anomali iklim La Nina dapat berlangsung dengan durasi selama beberapa bulan hingga 2 tahun dan akan kembali berulang setiap beberapa tahun, atau disebut dengan siklus 2-8 tahun. Fenomena anomaly iklim La Nina ini juga mempengaruhi pola iklim global. Oleh karena itu, pemerintah menyiapkan sejumlah langkah mitigasi termasuk diantaranya menyiapkan tenda serta posko pengungsian bagi warga. Jika diharuskan untuk mengungsi akibat bencana hidrometerologi yang terjadi, maka tetaplah waspada akan gelombang baru COVID-19 varian omicron yang diprediksi muncul bersamaan dengan fenomena ini. Penduduk harus tetap selalu mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga kebersihan tangan, dan hindari kerumunan orang dengan menjaga jarak.      

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun