Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seaspiracy: Mengurai Kolapsnya Ekosistem Laut

7 Juli 2021   10:21 Diperbarui: 7 Juli 2021   10:27 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang bilang, setidaknya seribu ekor penyu mati akibat sampah plastik. Tapi data lain sungguh mencengangkan, bahwa untuk Amerika serikat saja, dalam setahun hingga 250.000 ekor penyu tertangkap, terluka, atau bahkan terbunuh oleh kapal-kapal penangkap ikan.

Ada yang bilang, kecelakaan di Deepwater Horizon, yang disebut-sebut sebagai salah satu bencana pengeboran minyak terbesar ternyata justru menguntungkan bagi populasi ikan di laut.

Meskipun kelihatannya banyak ikan yang mati karena tumpahan minyak, namun dengan ditutupnya banyak wilayah laut dalam rangka pembersihan, ikan-ikan di situ bisa beristirahat sejenak dari jaring nelayan.

Konon jumlah ikan yang terdampak selama tiga bulan akibat bencana Deepwater Horizon, hanya setara dengan nilai satu hari penangkapan ikan oleh kapal-kapal industri perikanan di teluk Meksiko.

Membaca hal tersebut, bagi saya rasanya terdengar seperti teori konspirasi. Namun, lama kelamaan itu jadi logis saat dihadapkan dengan hasrat industrialisasi.

Kita tak pernah tahu, permintaan manusia akan konsumsi ikan demikian besar, dan setiap kali permintaan itu bertambah, itu menjadi peluang untuk "tambang emas" baru.

Tentu kita menyadari, hal semacam itu pasti menimbulkan risiko. Sesuatu yang tak diharapkan. Tidak cukup rasanya jika undang-undang internasional melarang perburuan paus dan lumba-lumba. Sebab di zaman ini, paus juga masih terancam populasinya seperti dulu. Saat Herman Merville masih menulis novel Moby Dick.

Mungkin cara terbaik menyelamatkan laut memang adalah berhenti makan ikan. Mengurangi hasrat konsumtif itu sendiri. Jika manusia tak mengkonsumsi ikan-ikan di laut, ekosistem mereka akan terjaga karena lama kelamaan kapal-kapal penangkap ikan dengan sendirinya akan berkurang jumlahnya.

Namun untuk hari ini, kampanye seperti itu masih terdengar mustahil. Bahkan menteri kelautan kita yang dulu saja menggalakkan kepada masyarakat kita agar jangan bosan-bosannya makan ikan.

Dulu saya pernah berpikir, seberapa efektifkah gerakan vegetarian? Sekumpulan orang yang menolak makan dengan cara merenggut nyawa makhluk hidup lain. Apakah itu berguna? Sampai saya pikir, mungkin impian saya yang terlalu besar, seharusnya saya memulai dulu dari diri sendiri. Bahwa jika tak mampu mengurus diri sendiri, bagaimana bisa mengurusi orang lain.

Yah, dan seperti pesan dalam film dokumenter ini, tak ada orang yang bisa melakukan segala sesuatu. Tapi setiap orang bisa melakukan sesuatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun