Pernahkah kita menyadari, bahwa saat Allah subhanahuwata'ala hanya memberikan sedikit taufiq untuk beribadah, atau bahkan mencabutnya sama sekali, itu bukan sebuah hukuman?
Bahwa Allah subhanahuwata'ala tidak mengizinkan seseorang untuk menyebut nama-Nya, dengan cara membuat lisan orang tersebut berat melantunkan dzikir juga ayat suci. Lalu mulutnya dibuat merasa ringan dan bersemangat untuk sibuk dengan obrolan yang tidak penting?
Bahwa Allah subhanahuwata'ala tidak ingin mendengar doanya, hingga seseorang dibuat lupa untuk berdoa.
Bahwa Allah subhanahuwata'ala telah menjauh darinya, sehingga seseorang dibuat merasa berat untuk bangun malam, untuk menyentuh air wudhu dan salat tahajud.
Bahwa banyak bulan-bulan mulia telah berlalu, namun kita kadang tak mengambil manfaat darinya. Tidak menjalankan puasa Rajab, puasa enam hari bulan Syawal, bulan Ramadhan juga banyak kosong dari berbagai bentuk dari ibadah.
Bahwa sebenarnya salah satu bentuk hukuman terberat yang tak pernah kita sadari ternyata bukanlah kehilangan materi. Sebab harta benda atau jabatan yang pergi bisa dicari. Tapi hukuman terberat adalah saat pada akhirnya Allah subhanahuwata'ala telah menutup diri dan hati seseorang untuk berbuat baik. Waktu yang dilakukan untuk beribadah tanpa disadari menjadi kian sedikit. Pun ketika suatu saat bermunajat, tak ada manis yang dirasakan.
Banyak manusia dihukum, dan dibuat tidak sadar bahwa mereka sedang dihukum. Sehingga mereka terus menerus berada dalam kondisi demikian.
***
Wallahu a'lam.
Tulisan ini pernah dimuat di AswajaMuda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H